BUKU HARIAN CAUTHELIA (BAGIAN 7)
Satu jam kemudian, dengan wajah yang masih lesu, ia memandangku, ada kepuasan terlihat di wajah gadis itu, sesekali ia tersenyum manja kepadaku. Aku pun membelai rambutnya dengan lembut, kebersamaan ini akan berakhir cepat, ujarku dalam hati, sebentar lagi ia pasti akan pulang ke Semarang.
“Udah siang sayang, nanti mau pulang jam berapa?” tanyaku pelan, ia hanya memandangku lesu, “gak tahu kak, mesen tiket aja enggak,” ujarnya lalu menghela nafas, “dede gak pengen pulang,” ujarnya dengan lesu, ia lalu menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Lah terus kalo enggak mau pulang gimana?” tanyaku pelan, “kali dede enggak pulang, nanti enggak sekolah, malah kita enggak jadi nikah,” ujarku pelan, aku berusah menyemangatinya, “bener juga yah,” ujar Cauthelia lalu memandangku, “makasih yah sayang, dede seneng banget,” ujarnya lalu ia menciumku dengan hangat.
Aku mendekapnya dengan hangat, ya kurasakan desiran cinta di setiap centimeter tubuhnya seakan menyeruak menembus ke dalam kulitku. Hangat dekapannya membuatku semakin menyadari, bahwa semakin sering aku melakukan ini dengan Cauthelia, semakin aku mencintai dan menyayanginya, tidak ada gadis lain bagiku, selain Cauthelia kini.
Membaca satu persatu buku hariannya membuatku semakin tahu, betapa aku dulu sangat tidak peduli dengan gadis ini, tetapi ia tetap berusaha untuk mencintaiku dengan sepenuh hati. Tiga tahun adalah waktu yang harus ia bayar tanpa pernah menatap wajahku, atau hanya untuk berbicara denganku.
Hal yang paling membuatku tersentuh adalah, bagaiamana ia sengaja meminum susu yang kuberikan, padahal ia tahu ia pasti sakit, dan ia malah sengaja berlari di bawah hujan kalau ia juga tahu bahwa ia bisa saja terserang asma. Cinta gadis ini jauh lebih besar dan dewasa ketimbang umurnya.
“Dek,” panggilku, ia lalu memandangku dengan manja, “kenapa dede mau resikoin hidup dede buat dapet perhatian kakak?” tanyaku pelan, ia lalu tersenyum, “sekarang dede yang tanya balik, kenapa kakak mau resikoin hidup kakak buat nyelametin dede?” tanyanya sambil menyentuh hidungku dengan telunjuk kanannya.
“Karena kakak sebenernya sayang n cinta sama dede,” ujarku pelan, “cuma kakak gak sadar akan perasaan itu,” ujarku lagi, “kalo dede karena dede cinta sama kakak,” ujarnya lalu mencium hangat bibirku, tanpa sadar tanganku pun mendekapnya hangat, aku benar-benar sudah jatuh hati kepadamu, Elya.
Siang itu, di rumahku lagi, entah berapa kali aku menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepada gadis ini. Ya aku mencintainya, tetapi ia bukan kekasihku, secara formal. Tetapi hatiku selalu mengakui gadis ini sebagai kekasihku, tidak ada yang lain, bahkan posisi Cauthelia belum digantikan oleh Nadine, meskipun kuakui aku juga mencintai gadis itu.
Seperti biasa, Cauthelia langsung menuju ke dapur, hanya dengan menggunakan kemeja milikku dan ia mengenakan apron yang terlihat sangat menggoda. Luar biasa godaan gadis ini, ujarku dalam hati, hanya saja aku menyadari dia bukanlah Istriku, ya ia hanyalah orang yang kucintai dan ia mencintaiku, tetapi aku belum memilikinya secara sah.
Hari ini Cauthelia memasak semur ayam cukup lama memang, jujur saja semur ayam adalah salah satu makanan yang tidak pernah aku sentuh ketika Bundaku memasakannya untukku. Keadaan berbeda saat Cauthelia yang memasak, rasa bumbu yang berbeda racikan tangan ajaib gadis itu mampu membalikkan pemikiranku mengenai semur ayam. Semua makanan yang ia masak sangatlah enak, apapun itu, jujur saja gadis ini sudah membiusku jauh lebih dalam lagi.
Setelah menyelesaikan makan siang kami, Cauthelia pun merapikan semuanya, sementara aku hanya di dapur dan menemaninya. Sesekali ia memandangku dengan wajah yang memerah, aku pun tersenyum kepada gadis itu. Setelah beberapa menit ia pun menyelesaikan pekerjaannya dan menuju arahku, ia langsung memelukku dengan manja.
Rasa nyaman itu kembali aku dapatkan, saat ia mendekapku dengan hangat, ya rasa yang amat sangat aku rindukan. Perhalan kubelai rambut gadis ini dan kuusap pelan kepala gadis itu lalu kucium keningnya, tetapi reaksi gadis tersebut malah berbeda dari yang kuharapkan
Setelah hampir satu jam berlalu, ia akhirnya tertidur di atas dadaku lagi, di sofa ruang tengah ini. Elya, sebenarnya aku juga tidak ingin kau pergi dariku, tetapi apa daya, ia harus pulang hari ini, dan mungkin ini adalah caranya untuk melepas rindu yang mungkin ada di dalam hatinya kini.
Kuletakkan gadis itu perlahan di sofa, sementara aku berjalan ke atas untuk mengambil diary Cauthelia yang menyisakan 2 bagian lagi yang harus kubaca. Kubawa diary itu turun ke bawah dan aku duduk di seberang gadis yang sudah kuselimuti tersebut, hujan masih deras mengguyur bumi, suasana dingin makin terasa menusuk siang ini.
November 2006
Dino,,,bahkan gw cuma nulis 4 kali nama cowok itu disini…
Scara teknis,,,dy cowok gw,,,secara perasaan,,,dy cuma orang ga pnting…
Masih inget gw,,,isi SMS tadi pagi,,,geli asli bacanya…
Emg gw cewek apaan???
Klopun gw mau,,,mndingan sama Ka Tama deh…
Smpet prcaya jga gw sma omongan Dino,,,klo Tama itu suka taruhan cewek…
Msalahnya,,,stlah hmpir setengah tahun gw disini,,,gw ga prnah tahu dy punya cewek…
Gw yakin,,,itu cuma muslihat Dino,,,biar gw jauh sma Ka Tama…
Gw tw rumah Ka Tama,,,gw juga tw lgi ngapain dy jm sgini…
Gw pulang jalan kaki di sekolah,,,brharap dy liat gw…
Then,,,itu terjadi,,,gw disamperin dy,,,dy mayungin gw,,,smpe gw dikasih sweater sma dy…
Cowok ini baik bgt,,,bhkan ga ada niatan dy buat ngerjain gw…
Ya udh terbukti,,,apa yg Dino omongin mengenai Ka Tama slah besar…
Entah,,,tpi rsa nyaman ini bner2 ga gw dapetin dri org laen,,,cma dri Ka Tama doang…
Gw beraniin tanya nomor teleponnya,,,dy jawab,,,mskipun datar…
Tpi,,,gw liat ketulusan itu masih sama ke gw,,,tpi kenapa dy lupa sama gw…
Kenapa dy lupa nama gw???
Sampe di rumah,,,gw cium sweater yg dy pinjemin ke gw,,,asli wangi bgt…
Gw ga ngerti,,,tpi gw addict bgt sma wanginya Ka Tama…
Basah,,,ya basah,,,ga kyak sebelum2nya…
Kali ini lebih basah,,,damn both my body and my heart need you…
Gw ga bisa pungkiri,,,Ka Tama itu wangi bgt,,,pdahal gw tw,,,dy ga prnah pke parfum…
Wangi yg gw hafal sjak SD wktu itu,,,n ga kerasa gw bsa deket sama dy…
Gw ngerasa,,,dy bener2 cowok,,,eh pria yg gw cari…
Gw pgn dy jdi suami gw,,,mskipun gw harus merendahkan harga diri gw…
Kenapa gitu???bukannya akhirnya kta jga akn mnyerah kan???
Hnya masalah waktu,,,cpat ato lmbat,,,n gw milih sekarang…
Gw pasrahin semuanya buat Ka Tama,,,smua punya gw cma buat dy…
Diary,,,tw kan klo stelah gw keujanan,,,gw lngsung drop…
Bdan gw skit,,,dada gw nyesek,,,tpi smua ga msalah yg pnting gw bsa dket sama Ka Tama…
Gw rela lakuin semuanya,,,ya buat Ka Tama…
Gw rela sesek nafas n hmpir pingsan lgi pas di jlan wktu itu…
Gw hmpir ketabrak mobil pas nybrang gara2 mata gw udh gelap wktu itu…
Smw gw lkuin buat dy,,,spya dy merhatiin gw,,,spya dy ngeliat gw…
Spya dy sayang sma gw…
Kyak gw syang sma dy…
Ka Tama…
Mulai hari ini,,,gw janji,,,gw psti brusaha skeras mungkin bwt dpetin hati Ka Tama…
Gw gmw smua yg udh gw lakuin sia2…
Love you always,,,Faristama Aldrich…
Aku tertegun membaca bagian itu, entah mengapa air mataku tiba-tiba mengalir, ada keharuan yang luar biasa menyelimuti hatiku saat membacanya, Elya, kau tidak perlu sebegitunya untuk menarik perhatianku, ujarku dalam hati. Kuhampiri lagi gadis yang sedang tertidur pulas itu dan kubelai lagi kepalanya, is brea liom tu, bisikku lembut tepat di telinganya.
Ia tidak bergerak, ia masih tertidur pulas saat aku mengatakan itu di telinganya, kupikir ia akan terjaga seperti tadi, ternyata tidak. Ia malah menarik lagi selimutnya dan masih tertidur pulas saat itu, aku hanya memandangnya sambil tersenyum kepada gadis bertubuh sintal itu.
Kusadari, begitu besar perjuangan dan pengorbanan Cauthelia hingga ia bisa benar-benar bertemu denganku, sampai ia rela mengorbankan dirinya agar bisa bertemu denganku, hanya untuk dekat denganku. Bagaimana dengan aku? Aku hanya terpaku kepada rasa cintaku yang naif kepada Aerish yang saat itu tidak pernah kutahu apakah ia membalas cintaku atau tidak.
Kusadari, betapa bodohnya aku tidak pernah mau membuka hatiku kepada gadis sesempurna Cauthelia yang sudah mencintaiku sangat tulus, entah apa sebutan yang cocok untuk laki-laki sepertiku, yang menyia-nyiakan cinta seorang gadis yang tulus seperti Cauthelia.
“Tama?” aku terkejut ketika suara itu memanggilku, Aerish? Tanyaku dalam hati saat kulihat ia sudah ada di ujung pintu rumahku, aku segera bergegas ke dapur untuk membenahi pakaianku, “kamu ngapain Tam?” tanya gadis itu lalu masuk ke dalam rumahku, ia tidak tahu bahwa Cauthelia saat ini ada di balik sofa yang mengarah ke televisi di ruang tengah.
“Please Rish, diem disana,” ujarku lalu perlahan berjalan ke arahnya, ia memandangku dengan penasaran ia lalu maju lebih jauh ke arahku dan akhirnya ia tiba di sofa tempat dimana Cauthelia tertidur, “Tama?” tanya gadis itu sambil melihat pose tidur Cauthelia dengan selimut yang sedikit tersingkap, wajah Aerish pucat pasi melihat Cauthelia di sana, “ngapain aja kamu sama Elya?” tanya gadis itu kepadaku, seketika Cauthelia terbangun.
“Ma maaf ka Aerish,” ujar Cauthelia lalu memandang Aerish dengan wajah yang sangat bersalah, “kamu ngapain sama Tama?” tanya Aerish dengan nada yang tinggi, Cauthelia hanya tertunduk, wajahnya tertutup poninya yang panjang dan indah itu, “enggak apa-apa kok,” ujar Aerish dengan mata yang mengeluarkan air mata, “aku akan tetep cinta sama Tama, apapun yang udah kalian lakuin,” ujar Aerish lalu ia tersenyum di dalam tangisnya.
Cauthelia lalu berdiri, ia menahan selimut di dadanya, ia menghampiri Aerish dan menjulurkan tangan kanannya kepada Aerish, dengan wajah yang sangat bersedih, Aerish menjabat tangan kanan Cauthelia, setelah itu ia memeluk Aerish dengan hangat. Dalam pelukannya ia meminta maaf kepada Aerish karena sudah mengganggu hubungannya denganku.
Comments (0)