Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 26)





      Elya, lalu tiba-tiba terbangun, gadis itu Elya, gumamku dalam hati. Mimpi akan kenanganku bersama Nadine mengingatkanku bahkan kepada Cauthelia, aku terjaga tetapi mataku masih terpejam. Wangi ini adalah wangi Cauthelia, tunggu dulu, Elya mengapa wangi tubuhnya sampai benar-benar tercium olehku, aku berusaha membuka mataku dan voila gadis itu tertidur pulas di dadaku.

      Sungguh pemandangan yang membuatku terpaku, aku terdiam tidak berkata apapun saat ia sudah menyandarkan kepalanya di dadaku, tangannya mendekap tubuhku seakan aku adalah bantal, dan tubuhnya menempel ketat di tubuhku. Kurasakan gumpalan lemak itu di perutku, Elya tidak Elya, apa yang kau lakukan. Dengan sedikit gemetar aku mencoba membuka selimut, perlahan kupandang tubuh gadis itu, syukurlah ia mengenakan daster meskipun cukup ketat.

      Aku menghela napas panjang, ingin rasanya aku segera beranjak sebelum aku bereaksi, tetapi saat aku beranjak gadis itu malah meracau, ia malah mendekapku lebih hangat. Dan terjadilah, aku mulai bereaksi di pagi yang menunjukkan pukul 0510, ini masih sangat pagi jangan kacaukan semuanya. Sejurus kemudian ia mulai terjaga, ia mulai menggerakkan tubuhnya, bukannya menjauhiku malah mendekatiku.

      “Kakak,” ujar gadis itu lalu membuka matanya ia memandangku dengan senyuman yang sangat polos.

      “Dede kenapa pindah kesini?” tanyaku keheranan.

      “Itu Kak semalem Dede takut kayak ada yang ngintip, makanya Dede pindah kesini jam dua tadi,” ujarnya dengan manja dan entah sengaja atau tidak pahanya menyenggol bagian tubuhku yang sensitif.

      “Huuuuum, bandel yah pagi-pagi udah naek aja,” ujarnya malah tertawa menggoda.

      Aku menghela napas, “Udah udah, nanti malah kejadian,” ujarku agak sinis.

      “Sekali lagi yah?” pintanya sambil meletakkan telunjuknya di bibirku.

      “No no no!” ujarku tegas, tetapi tubuhnya bisa mengunciku dengan mudah.

      “Is brea liom tu,” ujarnya lalu mencium bibirku dengan hangat.

      Pukul 0615 aku keluar dari kamar tersebut bersama Cauthelia, rambut gadis itu acak-acakan, seringkali ia tersenyum kepadaku bahkan tidak canggung ia mendekapku dari belakang. Dosa apa yang sudah kulakukan, sudah berhenti, ucapku dalam hati. Cinta ini memang buta, sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh nafsu sesaat yang seharusnya tidak terumbar dengan mudahnya. Aku yang salah, seharusnya tidak perlu sedalam ini, aku sadar hal ini malah akan menjerumuskanku masuk lebih dalam ke lubang hitam, ya aku sudah berada di event horizon.

      Sebuah lubang hitam menyerap masa dan waktu apapun yang ada disekelilingnya, sehingga untuk lubang hitam seukuran 0.1 mm saja bisa memiliki masa seberat lunar. Seperti filosofiku akan seks bebas, sekali kau memasuki event horizon, maka dibutuhkan dua upaya untuk keluar, mengulangi waktu sebelum memasuki event horizon, atau berjalan lebih cepat dari cahaya.

      Sudahlah, untuk apa aku menjelaskan lubang hitam? Aku duduk di meja makan dimana belum ada makanan apapun disana. Tidak lama berselang, Nadine terbangun, dengan mengenakan pakaian yang mirip seperti Cauthelia, daster ketat dan juga mini, ia duduk di sebelahku.

      “Pagi Tama,” sapanya sambil menggeliat dan menguap.

      “Pagi Nadine,” panggilku, dan tersenyum kepadanya, “serasa punya Istri dua yah,” ujarku ringan sekenanya.

      “Eh?” kedua gadis itu menyahut berbarengan, keduanya menatapku dengan wajah yang merah.

      “Loh, kok pada ngeliatin?” tanyaku, salah tingkah sendiri, “lagian mana ada cewek yang mau dimadu,” ujarku lalu menghela napas panjang.

      “Dede mau kok,” ujar Cauthelia pelan.

      “Nadine juga,” sahut Nadine.

      “Ah udah ah, malah salah ngomong,” ujarku lesu.

      Cauthelia memperiapkan sarapan, tidak rumit hanya sereal cokelat dan susu plain yang tersedia di sana. Kami sepakat untuk berjalan-jalan hari ini, tujuan kami ke Gunung Patuha, ya itu adalah nama gunung yang memiliki pemandangan kawah yang sangat indah, di Ciwidey namanya terkenal sebagai Kawah Putih. Setelah sarapan dan mandi pagi dengan air yang sangat dingin, kami pun bertolak menuju Bandung Selatan pada pukul 0815.

      Perjalanan turun ke Bandung tidak seberapa ramai, sehingga aku bisa memacu E38 dengan kecepatan cukup tinggi. Kedua gadis itu kuminta duduk dibelakang, saat kupandangi kedua gadis itu tiba-tiba aku teringat celetukanku tadi pagi, ah mengapa pikiranku menjadi terbayang-bayang dengan ucapan mereka tadi, sudahlah Tama, tidak perlu dipikirkan.

      Cauthelia tampil cantik dengan dress selutut berwarna kuning lemon, sehingga kulitnya yang putih itu benar-benar terang menyala. Ia menggerai rambutnya seperti biasa, hanya menjepit poninya yang sudah agak panjang agar tidak menutupi wajahnya. Tidak lupa dengan kacamata fullframe yang ia gunakan menambah sensual penampilannya saat ini.

      Sementara Nadine mengenakan rok span dari bahan denim dilengkapi dengan kaus causal, tetapi ia menutupi kausnya dengan sweater cokelat milikku yang saat itu dibawa Cauthelia. Gadis itu juga mengenakan kacamata full frame, keduanya terlihat cantik, hanya saja hidung Nadine lebih mancung dibandingkan Cauthelia, tetapi itu tidak menjadi masalah untukku.

      Butuh waktu tiga jam dari Lembang menuju Kawah Putih, mesin 5,400cc BMW ini sangat mudah melahap tikungan dan tanjakan yang menghadang di depan, hanya saja turning circle yang diambil harus agak jauh mengingat mobil ini memiliki panjang 5,200 mm, tetapi kalau mobil ini sudah berjalan, lupakan saja lebar jalan.

      Disini cukup ramai untuk ukuran hari kerja, banyak sekali wisatawan datang pada hari yang cukup berkabut itu. Aku mengambil kamera pocket 3.15 MP milikku, ya aku ingin mengabadikan keindahan panorama alam ini, juga keindahan kedua gadis yang saat ini ada di hatiku, entah mengapa mereka begitu lekat di hatiku dan tidak ada sedikitpun niatku untuk meninggalkan mereka walaupun hanya seorang, bathinku mengatakan aku ingin memiliki keduanya.

      Saat kupandangi lenggokan pinggang Cauthelia dari belakang, saat ia berjalan di depanku, pikiranku kembali terganggung. Ayunan rambutnya yang sangat halus mengikuti irama langkahnya dan juga angin yang semilir menerbangkan rambut panjangnya membuatku teringat, Cauthelia akan pergi dua hari lagi. Tiba-tiba aku teringat semua hal gila yang telah kami lakukan dalam seminggu ini, ya Cauthelia Nandya, gadis yang merubahku banyak.

      Tunggu dulu, apakah memang benar gadis yang aku temui di rumah sakit itu adalah Cauthelia? Bathinku bertanya terus menerus. Aku mencoba mengingat beberapa peristiwa tetapi selalu tidak menemukan jawaban apapun atas semua pertanyaanku. Aku yakin kami pernah bertemu, dan pasti ada sesuatu yang terjadi diantara kami. Aku begitu ingat ia mengatakan bahwa ada satu hal yang membuatku mencintainya, atau setidaknya memiliki ikatan batin dengannya.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 44 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by