Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 25)


Quote:


      “Nad,” panggilku pelan, “aku bahagia bisa kenal sama kamu,” ujarku pelan di telinganya.

      “Sama-sama Tam,” ujarnya masih di dekapanku.

      “Jadi Betelgeuse buat aku selalu yah,” pintaku lembut kepadanya.

      “Selalu Tam,” ujarnya dengan hangat, “kenapa tiba-tiba Tama begitu romantis?” tanyanya kepadaku.

      “Karena aku ngerasa bersalah sama Nadine,” ujarku.

      Aku mencium bibirnya dengan hangat di malam itu, tanpa ada sebersit pikiranpun tentang Cauthelia malam ini. Aku menciumnya, seakan aku tidak pernah mengenal Cauthelia, seakan ia tidak pernah ada dekat denganku. Aku menciumnya sangat lama hingga aku menyudahinya, dengan wajah yang sangat merah ia tersenyum kepadaku.

      “Aku tahu ini bodoh, tapi aku sayang sama Elya, tapi aku juga sayang sama Nadine,” ujarku pelan, saat itu Nadine hanya memandangku dengan wajah yang sangat merah.

      “Biarlah Tama cinta sama dua, tiga, ato empat wanita, asalkan ada Nadine di hati Tama, itu udah cukup,” ujarnya pelan, “cinta Tama udah sempurnain Nadine,” ujarnya lalu ia membuka sweater yang ia gunakan.

     Deg!

      Jantungku kembali berdetak kencang saat ia mengatakan hal itu. Ia menggenggam tanganku dengan perlahan ia letakkan tanganku di dada kirinya, aku memandangnya dengan tidak percaya, mengapa ia lakukan ini? Hatiku bertanya-tanya saat ini. Tanganku terpaku disana saat ia mulai melepaskan kancing kemeja yang ia gunakan satu persatu.

      “Detak jantung yang sama kayak Elya,” ujarku pelan, “aku bisa ngerasain cinta di setiap detaknya,” ujarku berusaha mengalihkan suasana malam itu.

      “Lakuin, seperti apa yang Tama lakuin ke Elya,” ujarnya dengan wajah yang sangat merah, “maaf kalo gak segede punya Elya,” ujarnya lagi.

      Satu jam tiga puluh menit kemudian aku tiba di Villa, saat itu aku sudah lelah, ya semua yang kulakukan hari ini membuatku sangat lelah, entah apa lagi yang akan terjadi besok, yang pasti hari ini pengakuan kedua gadis itu membuatku semakin terikat kepada mereka berdua, entah bagaimana aku harus bertindak setelah ini. Setelah mengecup lembut bibirku, Nadine sejurus menuju kamar, sementara aku masih duduk di ruang depan sambil menonton televisi.

      Kulihat kedua tanganku sendiri, apa yang sudah kulakukan kepada mereka? Tanyaku dalam hati, rasa sesal itu kembali datang, ketagihan, dan apalah itu namanya, dan aku merasa diriku sangatlah bodoh. Ini sudah pukul 2315, aku menghela napas panjang, lalu kuputuskan untuk memeriksa jendela dan pintu satu persatu setelah itu aku ingin memeriksa keadaan kedua gadis itu sebelum aku pergi tidur.

      Semua pintu sudah terkunci, dan semua jendela juga sudah terkunci, saatnya aku menghampiri Nadine yang lebih dekat dari posisiku saat ini. Kubuka pintu kamarnya, dan setelah itu aku mendekatinya, aku tersenyum kepada gadis yang sudah tidur lelap di balik selimutnya, perlahan, kucium keningnya dan aku meninggalkan kamar itu.

      Kali ini aku menuju kamar Cauthelia, saat kubuka kamarnya, pemandangan yang menguji imanku terlihat di sana. Cauthelia, yang tertidur polos tanpa sehelai benang, saat itu seluruh selimutnya tersingkap dan hanya menutupi bagian perut ke bawah. Wangi keringat gadis itu benar-benar membuat hasratku memuncak, aku menggelengkan kepala perlahan, kuhampiri gadis itu dan kuraih selimut dari bagian perutnya, lalu kunaikkan selimut itu hingga ke pundaknya.

      Sekilas tapi jelas aku melihat bagian perut ke atas, aku hanya menahan napasku supaya tidak menganggunya dan terbangun. Setelah selesai, aku mencium keningnya, perlahan, aku lalu keluar dari kamar tersebut. Sejujurnya wangi keringat gadis itu benar-benar menggodaku, tetapi Westinghouse Air Brake sudah berfungsi normal. Aku menuju ke kamarku sendiri dan aku pun merebahkan diriku disana, tidak lama kemudian aku tertidur.

<<<PREV 4.24 (EP42)


Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 43 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by