Ia menggenggam tanganku hangat dengan wajah yang memerah, aku tidak menyangka bahwa gadis ini sampai sebegitunya menungguku di sini. Wajahnya sangat merah saat itu, bahkan ia mendekap erat tanganku saat turun melalui tangga menuju ke bawah. Hujan di pagi buta itu membuat cuaca pagi ini begitu dingin, bahkan Aerish masih belum berganti pakaian saat itu. Kami sedikit berlari menuju mobil Ayahku dan mulai bertolak secepat kilat untuk pulang.
Mesin mobil ini sudah berusia 6 tahun, tetapi tenaganya masih lebih responsif dibandingkan W220 yang kukendarai kemarin. Mobil ini memiliki karakter yang berbeda, presisi di tikungan bahkan dengan moncong yang lebih panjang beberapa milimeter dibandingkan W220, aku masih bisa merasakan hadirnya roda depan di sana, ya feedbacknya cukup tajam sehingga membuatku yakin bahwa mobil ini masih bisa kukendarai dalam kecepatan tinggi di tikungan.
Untuk masalah tenaga, sudah tidak perlu diragukan, mesin dua-belas-silinder SOHC ini mampu memberikan respon yang cepat kepada ZF 5HP melalui roda belakang, sehingga setiap pijakan gas, mobil ini langsung melesat tanpa berpikir terlebih dahulu. Kabin sama senyapnya dengan W220, terima kasih atas hadirnya DOT27 Double Glass yang digunakan sebagai kaca jendela mobil ini, juga DOT27 // pada windshield membuat mobil ini senyap.
Hanya saja, masalah kenyamanan saat melahap jalan bergelombang, masih tetap dipegang oleh Air Suspension milik W220, Electronic Dampering Control pada E38 tidak dapat berbicara banyak, ya performa memang tidak bisa disamakan dengan kenyamanan, setidaknya sesuai dengan slogan mobil ini, The Ultimate Driving Machine. Mobil ini memang dirancang untuk pengemudi, bisa terlihat dari posisi Center Console dan snorkel A/C tengah yang mengarah ke pengemudi.
Jam 0610, aku tiba di rumah Aerish, setelah ia turun dari mobilku, aku langsung mengantarkannya pulang. Kedua orangtuanya sudah menunggu anak sulung mereka di depan pintu dengan wajah yang cemas. Mereka mengetahui bahwa Aerish kemarin pergi dengan Dika, bukan denganku, sehingga mereka tidak memandangku benci sama sekali.
Setelah mengatakan yang sebenarnya, aku pun bergegas pulang untuk bersiap-siap menuju ke sekolah, aku melajukan mobil itu dengan kecepatan yang cukup tinggi pada jalan tergenang air. Untunglah Continental ContiPremiumContact 235/45 VR18 ini bisa mencengkram cukup tajam di jalanan.
Aku cukup terkejut melihat Honda Jazz Nadine terparkir di depan rumahku, sedang apa ia di sini saat ini? Itu pertanyaanku dalam hati. Sekilas saat mobilku akan masuk ke dalam rumah ia memberikanku lampu jauh. Berarti ia masih ada di dalam mobil, dan saat aku memasuki garasi, ia pun mengikutiku.
Aku bergegas turun dan menuju ke dalam rumahku, begitupun dengan gadis itu. Tanpa kuduga ia mendekapku dari belakang dengan sangat hangat, aku memang merindukan gadis ini, ya bahkan semenjak ada Cauthelia seakan aku melupakan gadis ini, gadis yang juga amat sangat berarti untukku.
Ia menungguku di depan pintu kamar sementara aku langsung menuju kamar mandi untuk bergegas mandi. Tidak butuh waktu lama aku pun selesai mandi, dan gadis itu dengan cekatan sudah menyiapkan pakaian seragam dan juga buku pelajaran hari ini. Jujur saja hal itu membuatku semakin merindukan sosok Nadine yang selalu ada di sampingku dalam keadaan apapun.
Setelah bersiap aku pun langsung naik ke Honda Jazz yang ia gunakan kemari tadi. Di dalamnya Nadine sudah mempersiapkan sebuah kotak makan berisi sarapan dan juga sekotak susu UHT untukku. Entah apa yang ada di pikiran gadis ini, tetapi ia tidak mengizinkanku untuk menyetir pagi ini. Aku juga sebenarnya sangat merindukan gadis ini, ya gadis yang telah mengubah segalanya pada diriku kini.
Aku terdiam tidak menjawab apapun, hanya helaan nafas sembari kupandangi gadis itu, wajahnya memerah, ya pasti ia membayangkan peristiwa waktu itu, entah bagaimana aku menjelaskannya, tetapi sudahlah, yang penting itu bukan keinginnaku. Tepat jam 0700 kami tiba di sekolah, hujan masih turun dengan deras pada pagi itu, dan setelah Nadine memarkirkan mobilnya, kami langsung bergegas menuju ke kelas.
Aku berjalan di depan Nadine saat itu menuju ke kelas, dan saat aku masuk ke dalam kelas, sudah ada Aerish duduk di kursi di sebelahku, ia tersenyum sambil memandangku. Aku duduk di sebelahnya, dan baru kali ini aku merasakan bahwa rasa itu masih ada untuk gadis ini, ya perasaan yang masih tersisa untuk gadis ini, meskipun memang tidak sebanyak perasaanku kepada Cauthelia maupun Nadine.
Dan tidak lama kemudian pelajaran pertama dimulai, ternyata kemarin guru Kimia di kelasku tidak masuk sehingga ulangan harian kimia yang dijadwalkan kemarin pun diselenggarakan hari ini. Tidak terlalu sulit memang, tetapi pikiranku bercabang kepada Cauthelia, ya aku memikirkan gadis itu, juga dengan segala masalah yang ia hadapi saat ini.
Selesai ulangan harian, aku mengikuti pelajaran selanjutnya, sesekali harum tubuh Nadine tercium dan begitu menggoda pikiranku untuk sekedar mengajaknya berbicara. Tetapi, Nadine adalah gadis yang tidak mau diajak berbicara pada saat jam pelajaran berlangsung, lalu tiba-tiba aku dikagetkan dengan sentuhan lembut di bahu kiriku, Nadine, ia lalu memberikanku secarik kertas.
Aku lalu melirik ke arahnya dan tersenyum dalam anggukanku, tanda bahwa aku menyetujuinya. Aku sendiri sedikit bertanya mengapa ia ingin mengajakku ke sekretariat OSIS, padahal ia biasa melakukan apa-apa sendiri di sana. Setelah pelajaran usai, sesuai janjiku, aku pun keluar terlebih dahulu dan langsung menuju ke sekretariat OSIS.
Setelah menunggu sekitar lima menit, gadis itu datang dan ia tersenyum kepadaku, entah mengapa, tetapi kurasakan ada yang aneh dengan Nadine, itu yang kupikirkan saat ini. Tanpa banyak kata-kata, gadis itu langsung duduk di sebelahku, ia tersenyum kepadaku.
Setelah itu aku memutuskan untuk kembali ke kelas, tetapi Nadine menahanku, ia memandangku dengan wajah yang sangat merah. Kumohon Nad, ini di sekolah, ujarku di dalam hati, ya aku tahu bahasa tubuhnya menginginkan apa, aku mengerti benar saat kedua pahanya saling beradu karena gelisah.
Ia menarikku dan mengajakku ke dalam sekretariat OSIS, hampir dipastikan tidak akan ada orang yang akan masuk ke ruangan itu memang, tetapi tidak mungkin juga aku melakukan hal-hal bodoh di sini, ujarku dalam hati. Tetapi godaan dari Nadine benar-benar sudah membius otakku sehingga aku tidak kuasa untuk menolak ajakannya saat ia duduk di kursinya dan menggodaku dengan amat sangat manja.
Comments (0)