Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEBENTUK RASA UNTUK AERISH (YANG TERSISA) (BAGIAN 2)


Rachelia membimbing Aerish untuk menuju ke tempat yang lebih aman, setidaknya ia bisa lari terlebih dahulu dari Dika. Tidak ada rasa cemburu sebenarnya saat itu hanya saja aku tidak ingin, keadaan ini dimanfaatkan oleh mantan kekasihnya itu. Terlebih, ia mengatakan saat ini mereka berada di Bandung. Apa yang mereka lakukan di Bandung, sampai saat ini pun aku tidak mengerti mengapa mereka sampai ada di Bandung.

Tujuh-per-delapan hatiku mengatakan biarkan saja mereka berkarya, tetapi satu-per-delapan yang lainnya mengatakan aku harus peduli dengan Aerish. Bukan karena ia adalah kekasihku secara status, tetapi lebih karena ia adalah wanita yang harus kulindungi, tidak ada maksud dan tujuan lain.




Setelah menunggu beberapa saat, datanglah makanan pesanan kami, dan kami langsung menyantapnya tanpa banyak kata-kata. Cita rasa yang dibsuguhkan begitu otentik, rasa bumbu ayam gorengnya juga begitu luar biasa, juga sambalnya yang menurutku memiliki tingkat kepedasan yang pas.

Baru kali ini aku mengetahui bahwa Cauthelia sangat gemar dengan sambal, sebenarnya aku sudah mengetahuinya bahwa ia sangat menyukai pedas. Satu hal yang kusuka adalah ketika Cauthelia menyelesaikan makanan pedas, maka otomatis bibirnya akan berwarna sangat merah, seperti menggunakan lipstick, dan itu terjadi saat ini.




Setelah menyelesaikan makan malam, aku diajak oleh Cauthelia untuk pergi ke suatu tempat, sementara Rachelia dan Mikayla memutuskan untuk pulang naik taksi nanti. Kali ini Cauthelia yang menyetir mobil itu, dan saat itu kurasakan tidak ada yang berbeda dengan caraku mengemudikan mobil. Kami berjalan menuju ke arah Ungaran melalui Tol Semarang – Ungaran, dan saat itu kulihat gadis itu mengemudikan mobil dengan sangat cepat, 130 Kmh sudah sangat cepat untuk seorang gadis.

Jam sudah menunjukkan pukul 1912 di center console mobil tersebut, dan kami sudah keluar dari Tol Ungaran, entah kemana gadis ini mau membawaku, ia tetap menyetir dengan kecepatan konstan 80 Kmh saat ini. Nyaman, ya mobil ini memang dirancang untuk penumpang, seperti yang kukatakan, tidak ada body roll yang berarti saat Cauthelia melahap tikungan medium pada kecepatan 50 Kmh tadi.

Joknya cukup empuk, tetapi tidak seempuk BMW menurutku, dan setting mobil yang terlihat lega dan kebesaran di bagian depan membuat mindset ini mengatakan bahwa ini adalah mobil yang aman. Kunikmati benar-benar mobil ini, ya ini lebih baru daripada E38 milik Ayahku, hanya saja secara teknologi BMW selalu lebih di depan.

Jam 1940, tibalah kami di suatu tempat, sebuah bukit dimana jalanan menuju tempat itu cukup sepi, dan sejak tadi hanya mobil ini yang berjalan menuju ke sana. Di puncak bukit ada sebuah villa kecil, seukuran 50 meter persegi nampaknya, dan kami pun turun, tetapi Cauthelia malah berjalan menjauhi villa itu.

Kemana gadis ini mau membawaku lagi? Itu yang kutanyakan di dalam hati, karena ia selalu menunjukkanku tempat yang unik dan menarik sejak pertemuanku dengannya di bawah hujan waktu itu. Ya aku masuk ke dalam sebuah hutan lagi, sangat gelap dan di sana ia mengajakku menyaksikan pemandangan kota semarang di malam hari. Sangat indah, ya indah sekali, dan aku salut atas keberanian gadis ini untuk mengajakku kemari, semalam ini.



Hampir dua jam kemudian kami keluar dari villa tersebut, kali ini sudah jam 2130, aku harus bergegas menuju ke Stasiun Semarang Tawang, tidak lupa gadis itu memberikan aku MMC 2 GB yang berisi kegilaan kami tadi, ya hanya satu hari di Semarang, tetapi aku sudah melakukan banyak kegilaan dengan gadis ini.

Menyetir sebuah Stuttgart memang menyenangkan, cukup nyaman dalam kecepatan 100 Kmh di jalan biasa, dan 140 Kmh di jalan tol, tidak butuh waktu lama, hanya satu jam lima belas menit hingga kami tiba di Stasiun Semarang Tawang. Aku memarkirkan mobilku di tempat parkir, dan ternyata Rachelia dan Mikayla sudah menunggu kami di sana sejak tadi, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 2255.

KA 3 baru akan tiba sekitar setengah jam lagi, alih-alih masuk peron dan bersiap untuk naik kereta, aku malah duduk di kursi depan peron masuk stasiun bersama mereka bertiga, ternyata Rachelia tidak mengajak Mikayla pulang karena kedua orang tua mereka belum datang, dan ia sengaja meminta kedua orang tuanya untuk datang ke SMT menjemputnya, tetapi ternyata masih belum kunjung datang.

Mikayla sudah tidak kuasa menahan kantuknya, ia meminta Rachelia untuk membuang percuma RON95 yang disemburkan ke dalam mesin SILITEC dua-belas-silinder hanya untuk memutar kompresor dan memampatkan R134a untuk diuapkan ke dalam kabin mobil tersebut. Rachelia meninggalkannya dan kembali lagi bersama kami di sini, sementara gadis itu memilih tidur di kursi belakang W220 tersebut.




Decit Westinghouse Air Brake System terdengar beradu dengan rel gauge 1,067 mm di Stasiun tersebut, merespon Semboyan 7 yang terlihat gagah menantang laju CC203 yang saat itu membawa rangakaian KA 3 tersebut. Dan kereta tersebut berhenti total saat aku masih di luar peron.

Wajah sedih Cauthelia mengiringi kepergianku memasuki peron stasiun, lajunya tertahan di depan peron, tetapi saat kumenoleh ke belakang, ternyata petugas stasiun mengizinkannya untuk masuk dan mengantarkanku ke KA 3 yang saat itu sudah berhenti.

Hanya tujuh menit kereta ini berhenti, bersama dengan rombongan penumpang, kami perlahan menaiki gerbong tersebut dan setelah kutemukan kursi 16D, aku pun duduk di sana, Cauthelia duduk di sebelahku, terlihat kesedihan luar biasa di wajahnya saat ini. Setelah berbincang dan mengucapkan sayang kepadanya, aku memintanya untuk keluar.

Semboyan 40 diangkat, diiringi peluit panjang Semboyan 41 dan diakhiri dengan klakson panjang Semboyan 35, merespon Semboyan 5 yang sudah mempersilakan kami pergi. Kutatap keluar jendela, Cauthelia berusaha tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku, kulambaikan tanganku ke arahnya seraya GE 7FDL-8 memutar generator untuk menggerakkan GE GTA Alternator dan kereta ini mulai melaju.

Perlahan tapi pasti, kulihat gadis itu sudah menghilang karena laju kereta yang makin cepat, jaga diri baik-baik ya, Elya, ujarku dalam hati lalu aku menghela nafas panjang saat itu. Sudah selesai hari ini, aku harus bersiap ke sekolah besok, dengan perasaan yang pasti campur aduk. Aku memilih untuk tidur dalam perjalan tersebut sehingga tidak ada ingatan yang menggangguku saat dalam perjalanan ini.

Jam 0505, KA 3 berhenti di Stasiun Gambir, dan saatnya aku untuk segera pulang dan masuk ke sekolah di pagi yang hujan ini. Aku keluar dari kereta dan bersiap turun ke tempat parkir mobil, tetapi alangkah terkejutnya aku melihat Aerish sedang duduk dan tersenyum kepadaku tepat di kursi yang berada di depan tangga turun.



Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) online, Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 78 (Rasa Untuk Aerish) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by