Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

DISAAT DIA SUDAH HILANG MENGAPA DIA ADA LAGI? (BAGIAN 2)


     Aku terdiam, bahkan aku tidak menyangka bahwa gadis itu adalah gadis yang kugendong saat MOS waktu itu. Aku menghela napas pendek, dan memperhatikannya lagi sebaiknya aku habiskan cokelat panas yang dibuat olehnya dan mengantarkannya pulang dengan mobil lagi. Setelah kami habiskan cokelat panas buatan Cauthelia, aku pun segera mengambil kunci mobil dan pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil tersebut.

      Kali ini, aku bukakan pintu depan kiri untuk gadis itu, ia hanya memandangku dengan wajah yang agak merah, lalu aku pun masuk ke kursi pengemudi, memundurkan mobil lalu menutup pintu garasi. Hujan sore ini lebih deras dari hujan kemarin hampir-hampir aku tidak dapat melihat kondisi jalan.

      “Mobilnya enak ka,” ujarnya Cauthelia memecah keheningan.

      “Gimana gak enak, BMW Flagship Car 750iL,” ujarku lalu memandangnya.

      “Ini pake mesin M73 kan?” tanyanya dan itu sedikit membuatku kaget, aku menggangguk dengan keheranan, “diliat dari lampu depan, ini versi LCI, M73TUB54, 5,400cc V12 SOHC pake Dual Bosch Motronic, meskipun cuma hasilin 320 HP, tetep ajh hentakannya kerasa,” ujarnya yang tiba-tiba paham masalah mobil.

      “Kakak baru tahu Dede penggemar mobil juga,” ujarku benar-benar heran.

      “Berarti udah Alusil yah block-nya?” tanya dia lagi.

      “Bener banget, asli satu hal itu buat Kakak langsung jatuh hati sama Dede,” ujarku dan mengatakan itu dengan sadar.

      Butuh waktu agak lama di kondisi hujan deras ini untuk tiba di rumah gadis ini, dan saat aku tiba di dekat rumahnya betapa kagetnya aku melihat Dino sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Cauthelia. Aku mengerti ini akan menjadi sebuah masalah baru apabila aku tetap bertemu dengan Dino.

      “Dede mau turun, ato mau muter-muter dulu?” tanyaku, gadis itu memandangku sesaat.

      “Turun aja ka, ga masalah,” ujarnya lalu menghela napas panjang.

      Aku memarkirkan mobilku di garasi Cauthelia, dan aku tahu persis bahwa Dino masih berada dalam mobil tersebut saat aku melewatinya tadi. Aku melihat sekilas ia membawa seorang gadis yang duduk di kursi penumpang depan. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku memiliki BMW E38, hanya beberapa teman dekatku saja yang pernah berkunjung ke rumahku. Aku sebenarnya malas untuk mencari masalah, tetapi dengan sigap Cauthelia meminta Pak Tamin untuk menutup pintu garasi, penyamaran yang sempurna seakan yang pulang adalah orang tua Cauthelia.

      “Dino deket ga sama orang tua Dede?” tanyaku serius.

      Ia menggeleng, “ga kok Kak, makanya aku sengaja minta parkir di garasi jadi dia gak tahu,” ujar Cauthelia lalu ia melepas sabuk pengamannya.

      “Kakak yakin, dia pasti nungguin kita,” ujarku dan menghela napas.

      Kami turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumahnya, di sana sudah menunggu Mikayla, yang menyambut kami dengan senyum. Ia juga mengatakan bahwa tadi Dino kemari, hanya saja ia menjawab bahwa Cauthelia belum pulang. Sesekali aku memandang ke arah Civic di depan dan aku pun mengacuhkannya.

      Cauthelia memintaku untuk menunggu di ruang tamu, dan aku pun duduk di sana sementara ia masih dengan menggunakan sweater coklatku masuk ke kamarnya. Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku, dan ada SMS masuk lagi di sana, itu Aerish, gumamku dalam hati. Huh, mengapa saat seperti ini dia kembali lagi datang setelah 2 tahun tidak ada kabar? Dengan penuh tanda tanya aku pun membuka SMS darinya.




      “Verdamnt!” Ucapku dalam hati, ini pasti ada konspirasi tingkat tinggi untuk menjebak aku atau Cauthelia. Aku menghempaskan tubuhku di kursi rumah gadis itu, tidak lama berselang gadis itu keluar dari kamarnya. Cukup tertegun aku memandang gadis itu dengan menggunakan baju berwarna putih jangkis yang cukup ketat dan juga celana hot pants yang hanya menutupi setengah pahanya.

      Aku menghela napas pendek, memandang begitu sempurnanya gadis ini, wajahnya yang cantik dengan bibir merah muda alami yang tidak terlalu tipis, matanya yang cokelat, tulang pipinya yang tinggi dan sedikit chubby memang, rambutnya yang indah bergelombang digerai lurus hingga ke pinggang. Tubuhnya memang sedikit gemuk, tetapi sangat sempurna berbentuk seperti jam pasir, serta dadanya yang ukurannya cukup besar. Tetapi lagi-lagi aku mengatakan, sudahlah, tidak ada reaksi berlebihan selain mengagumi kesempurnaan Sang Pencipta.

      “Kak,” panggilnya dan aku lalu tersenyum memperhatikan wajahnya.

      “Iya,” sahutku sekenanya.

      “Gimana Kakak mau pulang ato gimana?” tanyanya lalu ia menuju ke sebelahku dan duduk bersimpuh di atas sofa.

      “Entahlah, Kakak juga bingung, ditambah Aerish secara ajaib dateng kesini,” ujarku lalu memberikan ponselku kepada gadis itu.

      Ia membacanya dengan wajah yang agak bingung, “Kak Aerish sama Dino udah saling kenal kah?” tanyanya lagi.

      “Mereka satu sekolahan dulu pas SMP,” ujarku ringan, “terus pas masuk SMA mereka juga satu kelas, Kakak deket sama dia dari MOS sih,” ujarku dan memandang gadis yang saat ini duduk bersimpuh di sebelahku.

      “Terus sekarang Kakak gimana sama dia?” tanyanya dan menatap dalam ke mataku.

      Aku menggeleng pelan, “kan tadi Kakak udah ngomong, kalo udah ada gantinya,” saat aku katakan itu seketika wajahnya memerah.

      “Dede kalo ada Dino juga pake baju begini,” ujarku mengomentari pakaiannya, ia menggeleng ringan dan pasti.

      “Ini baru pertama aku pake dresscode begini di depan Kakak,” ujarnya dan tersenyum simpul.

      “Jadi ceritanya mau uji nyali, eh uji iman neh,” ujarku bercanda dan mencubit pipinya pelan.

      Ia lalu tertawa, “menurut Kakak, Dede gimana?” tanyanya dengan wajah yang merah.

      “Maksud Dede?” tanyaku tidak mengerti, “iya menurut Kakak, Dede itu gimana?” tanyanya dia, “pendekatakn fisik ato karakter?” ujarku dengan nada analitis.

      “Apapun yang Kakak liat duluan mengenai Dede,” ujarnya, aku mengerti sepertinya ia mulai mengujiku.

      “Pertama, Kakak ngeliat Dede adalah sosok yang cerdas, terlihat dari NEM Dede pas masuk sekolah, kedua Dede adalah orang yang berprinsip, kalo udah prinsip A, apapun yang terjadi Dede gak akan mundur,” ujarku.

      “Masalah nomor dua, tahu darimana?” tanyanya sedikit bingung.

      “Pas pulang sekolah ujan-ujanan, prinsip Dede daripada pulang bareng sama Dino, mendingan pulang sendirian, kedua pas tadi pulang, Dede bilang pulang aja gak mau muter-muter dulu, dua hal itu cukup menyatakan bahwa Dede adalah orang berprinsip,” ujarku dan gadis itu melihatku dengan tatapan mata yang berbinar-binar.

      “Ketiga adalah cara berpakaian Dede, dan cara Dede mau nguji Kakak,” ujarku lalu tertawa, dan dibalas oleh tertawa kecil gadis itu.

      “Analisanya dalem juga yah si Kakak,” ujarnya dan menepuk-nepuk ringan punggungku, “apalagi coba?” tanyanya lagi.

      “Orangnya baik, ramah, polos, gak milih temen, dan yang paling penting ga suka menyembunyikan sesuatu alias jujur,” ujarku, “karena kebanyakan cewek masa kini punya sikap kebalikannya,” ujarku lagi.

      “Baru deket sama Kakak sehari udah bisa baca karakter aku yah,” ujarnya dengan nada yang menggelitik telinga, ya saat dia mengatakan sesuatu dengan akhiran h, seperti yah, ia mendesahkan huruf h tersebut sehingga sedikit menggelitik telinga.

      “Dek, kalo gak pake mendesah bisa gak?” ujarku dan menghela napas.

      “Ah, Kakak nih,” ujarnya dan mengulang lagi desahannya.

      “Tuh kan lagi bandel,” ujarku dan mencubit pelan pipinya, ia tertawa.

      “Tenang aja kak, Dede begini cuma sama Kakak doang kok,” ujarnya dan tersenyum.

      “Lanjut gak nih?” tanyaku ringan, ia mengangguk dengan pasti, “secara karakter Dede itu selain kuat juga manja, Dede juga suka bikin orang penasaran,” ujarku dan ia lalu tersenyum.

      “Makasih banget loh kak, dari orang-orang yang Dede kenal baru Kakak yang nilai Dede pertama kali dari karakter,” ujarnya dengan tersenyum.

      “Karena karakter dan sifat itu terus ada sampe tua, tapi kalau fisik pasti akan terdegradasi seiring berjalannya waktu.”

      Aku tidak ingin mengomentarinya dari kesempurnaan fisiknya, aku pikir itu tidak perlu karena tanpa kuberitahu pun ia pasti sudah mengetahui itu. Kami bercanda cukup lama, melupakan Dino dan Aerish yang saat ini tengah menunggu di luar, entah apa yang mereka cari, tetapi aku tidak mau ambil pusing.

      Sejalan kemudian, terdengar suara pintu diketuk, Mikayla mengintip siapa yang datang, dan ia memperingati kami bahwa dia adalah Dino bersama seorang gadis. Penasaran apakah benar yang datang adalah Aerish atau bukan, aku segera mengintip siapa yang datang. Deg, jantungku berdetak kencang, dan benar gadis itu adalah Aerish, tanpa sadar Cauthelia sudah berdiri di belakangku, ia lalu tersenyum.

      “Kakak mau ngumpet di kamarku?” tanya dia dengan polos.

      Aku menggeleng pelan, “mendingan Kakak pulang ke rumah, Dede yang ngumpet di kamar,” ujarku pelan lalu menggenggam kedua pundaknya, gadis itu mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya sambil sesekali tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku.

      Aku meminta tolong Pak Tamin untuk membuka dan menutupkan pintu garasi saat aku berada di dalam mobil. Setelah itu perlahan aku memundurkan mobilku dan terlihat jelas Aerish bersama Dino saat itu. Mereka berdua memperhatikan mobilku tetapi tidak tahu siapa isi di dalam mobil tersebut karena memang menggunakan 80% window tint sehingga mereka sama sekali tidak dapat melihat isi di dalam mobil tersebut.

Saat itu pula aku melihat Mikayla membuka pintu depan dan tengah berbicara dengan Dino serta Aerish. Aku berjalan perlahan dari sana dan bertolak menuju rumahku di hujan yang masih saja sangat deras pada sore itu. Teleponku berdering saat itu, agar tidak mengganggu konsentrasiku dalam mengemudi, aku sambungkan 3.5 mm jack ke dalam speaker internal mobil.

      “Kakak, Dino malahan nunggu di rumah,” ujar gadis itu agak panik.

      “Tenang aja dek, yang dia cari itu Kakak,” ujarku ringan.

      “Terus Dede harus gimana kak?” tanyanya lagi dengan napas yang menderu.

      “Tetep di kamar, jangan keluar kamar, okay,” ujarku.

      “Huuum, iyah Kakak,” ujarnya dengan nada yang lagi-lagi menggelitik telinga.

      “Dede nakal lagi yah,” ujarku, ia terdiam cukup lama.

      “Buat Kakak, apa sih yang enggak,” ujarnya lalu tertawa kecil, “yaudah ati-ati yah ka,” ujarnya lagi dan telepon pun ditutup.

      Gadis itu nampaknya sedang mengujiku sebagai laki-laki normal, sudahlah, yang terpenting dia tidak melakukan itu kepada orang lain. Tunggu, mengapa ada rasa itu? Mengapa aku tiba-tiba tidak ingin ia menggunakan pakaian itu di depan orang lain, mengapa? Apakah benar yang kurasakan saat ini, kalau aku benar-benar memiliki rasa kepadanya?

      Tidak sadar aku sudah berada di dekat rumah, kumasukkan mobil pinjaman Ayahku ini ke garasi dan sekilas aku melihat mobil Ayahku sudah terparkir di sana. Beliau sudah pulang, pikirku dalam hati, setelah aku turun dari mobil dan seperti biasa, aku mengelap mobil dengan plast chamoist dan menuju ruang tengah dimana kedua orang tuaku biasa berada untuk menonton televisi. Sesuai dengan ajaran mereka, sepulang dari manapun, tidak lupa aku mencium tangan kedua orang tuaku, juga mencium hidung mereka satu persatu.

      Untuk sebagian orang, tradisi ini mungkin aneh, tetapi aku sering melakukan itu bahkan di depan teman-temanku tanpa canggung. Aku adalah anak yang ingin sekali berbakti kepada kedua orang tuaku dengan cara apapun, sehingga aku tidak akan menyia-nyiakan satu kesempatan pun terlewatkan untuk hal yang mereka tidak suka. Sebelum naik ke atas, aku bercerita lagi mengenai Cauthelia, saat itu reaksi mereka terkesan excited dan itu membuatku semakin percaya diri.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) online, Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 6 (Mengapa Dia Lagi) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by