Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

MASA TERBERAT HARUS DILALUI, BISAKAH? (BAGIAN 1)


     Malam pun tiba, gadis itu masih lelah sepertinya, ia masih tertidur polos dengan pulasnya di ranjangku. Aku menoleh ke arahnya, lalu kulihat jam dinding di kamarku, sudah jam 19.18, “berapa jam kami bercumbu tadi?” Tanyaku dalam hati, aku sudah tidak peduli dengan apapun yang ada di pikiranku kini, hanya rasa rindu yang sudah menggila di hatiku. “Aku sangat merindukanmu Elya, tanpa pernah kau tahu betapa dalamnya rinduku kepadamu.

     Aku kembali merebahkan diri kudekap ia dengan hangat, kurasakan tubuhnya dengan segenap jiwa dan ragaku. Ia hanya menyambut dekapanku tanpa berkata-kata apapun, ia menyandarkan kepalanya di dadaku, tanpa ada rasa canggung sedikitpun dari gerakan tubuh gadis ini.

     “Faristama Aldrich janji, gak akan ngelakuin hal ini, dan gak akan nikah, kecuali cuma sama satu wanita cantik, Cauthelia Nandya,” bisikku di telinga gadis itu.

     “Sama Nadine Helvelina juga,” ujar gadis itu menambahkan dengan suara yang parau.

     “Cuma sama Dede, enggak sama Nadine,” ujarku pelan, “janji buat Dede sama Kak Nadine, ulang lagi,” ujarnya meminta seperti itu, aku terdiam cukup lama dalam dekapnya.

     “Kakak,” pintanya dengan manja.

     “Faristama Aldrich janji, gak akan ngelakuin hal ini, dan gak akan nikah, kecuali sama dua wanita cantik, Cauthelia nandya dan Nadine Helvelina,” ujarku pelan di telinganya.

     “Itu baru adil,” ujarnya lalu membenamkan wajahnya di dadaku.

     “Sana ganti baju sayang,” ujarku kepadanya.

     Ia menggelengkan kepalanya pelab, “Dede mau ngelakuin ini semaleman.”

     “biarlah Kakak cinta sama Kak Nadine, tapi hati Dede cuma buat Kakak seorang,” ujarnya pelan, aku pun terdiam.

     Ia mendekapku dengan sangat hangat, ia lalu mencium bibirku lagi. Ya bibir yang sudah memberikanku banyak kenikmatan sejak tadi. Sudah Tama sudah, ujarku dalam hati mulai berontak, ini tidak seharusnya berakhir seperti ini, teriakku dari dalam hati. Tidak butuh waktu lama untuk gadis itu mulai menjadi dirinya yang kedua.

     Aku menahannya untuk kali ini, napasnya menderu cukup cepat, sekilas aku langsung mengecup keningnya. Saat itu ia hanya terdiam tanpa berkata apapun. Aku lalu beranjak dari ranjangku lalu mengenakan pakaian, tidak lupa untuk mengambilkan pakaian yang mungkin cukup untuk gadis itu. Sebelum aku mencari pakaian, ia terlebih dahulu turun dari ranjang dan menghampiriku, ia masih saja berusaha menggodaku.

     Aku menahannya kembali, kuambilkan baju kemejaku untuknya, dengan menahan hasrat karena melihat tubuhnya dan juga mencium harumnya, aku memasangkan baju tersebut untuknya. Ia tersenyum kepadaku, setelah itu ia mendekapku dengan sangat hangat, ia mengucapkan kata-kata cinta dan kata-kata terima kasihnya sepanjang itu.

     “Maem dulu yuk sayang,” ujarku membujuk gadis itu.

     “Dede yang masakin yah,” ujarnya dengan tersenyum manis.

     Aku mengangguk, “masih ada sisa pasta mentah, masak pasta aja deh,” ujarku singkat.

     “Temenin Dede yah,” ujarnya manja, aku lalu tersenyum kepadanya.

     Aku melepas kamera dari tripod yang terpasang tidak jauh dari ranjang, kubuka beberapa gambar yang kami ambil tadi. Cauthelia lalu tersenyum sambil memandang ke arahku. MMC ini berkapasitas 2 GB tetapi sudah hampir penuh, sebagian besar oleh video, sisanya oleh foto Cauthelia yang kuambil tadi. Aku lalu menghela napas lalu mengajaknya keluar dari kamar dan dengan gontai kami melangkah ke bawah.

     Saat langkah demi langkah kutempuh untuk menuju dapur, saat itu kesadaranku kembali. Ia akan pergi esok, dan entah kapan aku bisa bertemu lagi dengannya. Semua kegilaan yang telah kami lakukan tadi kini seakan sudah tidak ada artinya, semuanya sirna atas kesedihan yang benar-benar membebani pikiranku kini.

     Kesedihan ini tidak sirna, ya apapun cara kami lakukan untuk melarikan diri dari perasaan ini, bahkan dengan kegilaan yang seharusnya tidak kami lakukan, tetapi itu tidak dapat membuat kami tegar. Justru semakin kami mendekatkan diri dengan kegilaan tadi, kami malah semakin tidak dapat menerima kenyataan bahwa kami akan berpisah.

     Setibanya di dapur, aku mengambilkan beberapa bahan untuk Cauthelia, gadis itu lalu mulai memasak dengan wajah yang masih lesu. Saat ia memasukkan pasta kedalam panci berisi air mendidih, aku mengecilkan apinya, kugenggam tangan Cauthelia dengan lembut, ia lalu memandangku dengan wajah yang sangat merah.

     “Dek, Kakak cuma takut kalo nanti Dede pergi, Kakak malah jadiin Nadine pelampiasan kangen Kakak ke Dede,” ujarku tiba-tiba saja ingin mengatakan hal itu.

     Ia menggeleng pelan, “Kakak udah cinta sama Kak Nadine, jadi sampai kapanpun Kak Nadine gak akan pernah jadi pelarian Kakak atas Dede,” ujarnya dengan tersenyum.

     “Terus kalo Dede gimana?” tanyaku, “apa yang akan Dede lakuin kalo kangen sama Kakak?”

     Ia lalu terdiam, “progrock,” ujarnya singkat, “hal itu positif bisa ngebuat Dede teriak-teriak lalu ilangin semua rasa kangen dan hasrat Dede ke Kakak,” ujarnya lalu ia mengusap pipiku, sejurus aku mencium telapak tangannya dengan lembut.

     “Tapi malem ini, Dede mau tumpahin semua hasrat Dede, semua kangen Dede, semua cinta Dede buat Kakak,” ujarnya dengan wajah yang sedih, “meskipun gak kayak apa yang Dede mau, tapi Kakak udah buat Dede bahagia,” ujarnya lalu mencium bibirku dengan hangat, cukup singkat, namun penuh cinta.

     “Kakak mau Dek,” ujarku entah angin apa yang menyebabkan aku mengatakan itu, ia lalu memandangku dengan tidak percaya.

     “Beneran?” tanyanya bersemangat.

     “Kakak enggak janji,” ujarku pelan, “tapi setidaknya Kakak mau buat Dede bahagia,” ujarku pelan.

     “Nanti Dede mau mandi dulu yah,” ujarnya, “badan Dede lengket, tapi Dede seneng,” ujarnya lalu menjulurkan lidahnya, aku lalu hanya menghela napas panjang.

     Ia menyelesaikan memasak makanan itu, lalu setelah setengah jam kami memasak, pasta buatan kami pun matang. Kami menuju meja makan untuk memakannya. Hujan pada malam itu membuat suasana semakin syahdu, ditambah dengan rasa sayang dan cintaku kepada gadis itu, semuanya semakin lengkap dengan lagu yang saat itu kami dengarkan.


Mariah Carey – Through The Rain


     Lagu itu benar-benar membuatku terbius, ya liriknya yang mengatakan bahwa apapun yang terjadi, sesendiri apapun kau saat ini, yakinlah kalau hari esok akan datang, maka kau harus melewati masalah itu. Hal itu membuatku berpikir sejenak, aku berpikir bahwa aku bisa melewati semua masalah ini, ya aku yakin. Tidak butuh waktu lama, kami pun menyelesaikan makan malam kami, lalu setelah ia merapikan semuanya, ia memandangku dengan penuh kesedihan.

     Terbayang pertama kali aku bertemu dengannya di bawah hujan, ya di bawah hujan. Terbayang saat aku mengambilkan sweater coklatku saat aku memintanya berteduh dari hujan. Suara hujan deras di luar benar-benar mengingatkanku akan semuanya. Aku terdiam sesaat lalu kuajak gadis itu menuju pintu belakang rumahku, di bawah hujan yang deras itu kutarik dirinya untuk berada di bawah hujan malam itu.

     Kudekap dirinya, kuingat saat-saat pertama aku bertemu dengannya di bawah guyuran hujan, kuingat saat pertama kutolong ia di bawah guyuran hujan, dan saat kumenembus hujan dan melawan sakitku untuk membelikannya Albuterol. Semuanya kulakukan saat hujan, dan hujan ini membawa perasaan yang sangat mendalam kepada gadis ini.

     Kucium bibirnya, cukup lama, ia pun menyambut ciumanku dengan dekapan yang sangat mesra. Di bawah guyuran hujan malam itu, kunyatakan cintaku berulang kali kepadanya. Hal itu membawa reaksi yang berbeda kepada gadis ini, dengan penuh hasrat ia menjatuhkanku di halaman belakang, ia mulai berhasrat kepadaku.

---oOo---


     Pagi tiba, Cauthelia masih tidur di atas tubuhku, bahkan tidak terasa berat sama sekali. Kuteringat kegilaan semalam, ya kegilaan atas perasaan sayang dan cintaku kepadanya, entah sayang dan cinta atau nafsu. Dari halaman belakang, ke ruang tamu, kamar mandi, hingga di atas ranjang, kuingat semua kegilaan itu. Dosaku sudah bertumpuk, aku tidak tahu apakah Illahi masih mau mengampuni semua dosaku dan Cauthelia semalam.

     Jam sudah menunjukkan pukul 0520, aku harus bergegas bersiap dan berangkat, pikirku dalam hati. Tubuhnya penuh dengan cairan tubuh kami semalam, masih beberapa tersisa sampai pagi ini. Aku menggelengkan kepala, saat kusadar bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membangunkannya.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) online, Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 51 (Masa Terberat Harus Dilalui) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by