Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

DISAAT DIA SUDAH HILANG MENGAPA DIA ADA LAGI? (BAGIAN 1)


     Hari ini selesai dengan sangat cepat, entah karena adanya Cauthelia dalam hidupku atau memang aku menikmati hari ini, dan yang pasti hari ini aku selalu menghindari tempat-tempat dimana Dino biasanya berada. Berbicara tentang Dino, gadis mana yang tidak tertarik dengan laki-laki rupawan tersebut, ke sekolah datang dengan mobil Honda Civic full modifikasi dengan knalpot berisiknya.

      Aku menunggu Cauthelia di lahan parkir, disana aku berdiri cukup lama sambil memandang ke arah langit. Mega mulai berat lagi, dan sepertinya sore ini akan diguyur hujan, apabila sampai hujan lagi, kemungkinan besar separuh bahkan lebih warga sekolah pasti tidak masuk besok, dan pastinya sekolah akan sepi.

      “Tam, loe belom pulang,” suara itu sedikit mengagetkanku

      “Eh Nadine, kirain masih ngambek sama gue,” ujarku lalu tertawa kecil.

      “Mau pulang anterin gue gak?” tanya dia singkat, dan wajahnya seketika berubah,.

      “Gue udah janji sama,” ujarku belum menyelesaikan pembicaraanku.

      “Lia Chubby yah?” tanyanya, wajahnya menampakkan senyum yang agak dipaksakan, aku mengangguk pasti.

      “Kakak,” sapa suara itu dari kejauhan, gadis itu sudah tiba, dan berdiri di samping Nadine, “hei ka Nadine,” sapa gadis itu dengan ramah, dan dibalas dengan tatapan dan senyum hangat dari Nadine.

      “Mau pulang sama Tama?” tanya Nadine sambil menepuk pundak gadis itu, Cauthelia hanya mengangguk pelan dengan wajah yang agak memerah.

      “Berarti kamu hebat bisa bikin Tama move on,” ujar Nadine ia lalu sedikit mengusap pundak gadis itu.

      “Maksud Kak Nadine?” tanya gadis itu heran.

      “Ehm, jadi begini,” ujar Nadine yang sepertinya ingin menceritakan tentang Aerish, “Tama itu suka sama cewek yang namanya Aerish, tapi gak kesampean,” ujar Nadine lalu tertawa lepas, dan diikuti pecah tawa oleh Cauthelia saat itu.

      Ternyata hanya candaan, aku pun tertawa, saat itu Nadine akhirnya meninggalkan kami dengan senyuman yang agak sedih. Entah apa yang terjadi dengannya, tetapi aku memilih untuk acuh. Kupanaskan mesin motor pinjaman dari Ayahku ini lalu saat Cauthelia duduk di belakang, terdengar suara knalpot mobil milik Dino. Kusegerakan untuk bertolak dari sekolah sebelum aku berurusan dengan Dino.

      Suasana cukup mendung, baik aku dan Cauthelia tidak banyak berbicara, dan perjalanan aku percepat setidaknya sampai di dekat rumahku terlebih dahulu. Sesekali gadis itu memegang erat pundakku karena memang aku sedikit lebay mengendarai sepeda motor ini, tidak ingin aku kehujanan di jalan.

      “Kakak, pernah ada hubungan kah sama ka Nadine?” tanya Cauthelia tiba-tiba.

      “Dulu sih sempet deket, cuma sebatas sahabat,” ujarku ringan.

      “Terus Aerish yang pindah sekolah itu kan yah?” tanya Cauthelia lagi.

      “Iya, yang katanya dibilang kakak hamilin dia,” ujarku lalu tertawa kecil, dan Cauthelia pun tertawa juga.

      Hujan deras tiba-tiba turun, untunglah hanya beberapa ratus meter lagi tiba di rumahku. Dengan segera kuparkirkan motorku dan Cauthelia sudah berada di depan pintu rumahku. Ini masih jam 1523, belum ada siapapun di rumahku, sehingga aku mengeluarkan kunci cadangan dan membuka kunci rumahku.

      Cauthelia langsung masuk ke dalam rumahku seakan ia sudah sering berada di rumahku, dengan cepat ia membuka sweaterku dan menggantungnya, seakan ia tidak ingin sweaterku sampai basah. Ia duduk di kursi depan, menghempaskan tubuhnya dan menghela nafas cukup panjang.

      “Cape Dek?” tanyaku ringan.

      Ia menggeleng, “seru aja ujan-ujanan sama kakak,” ia lalu tertawa kecil.

      “Kakak bikinin minum yah,” ujarku lalu meletakkan ponselku di meja tamu di depan.

      “Udah Kak, gak usah Dede aja yang bikin,” ia lalu berdiri dan berjalan menuju ke dapur, aku tersenyum simpul melihat gadis itu melewatiku.

      Giliranku yang merebahkan tubuhku di kursi tersebut. Begitu cepat, bahkan terlalu cepat untukku mengenal gadis ini. Apakah yang sebenarnya terjadi di dirinya, mungkin aku hanya menjadi pelariannya atas Dino tetapi tidak apa, setidaknya aku bisa berbuat baik kepada orang lain. Aku sedikit memejamkan mataku, tetapi tidak lama harum perfume gadis itu sudah tercium, pasti dia sudah datang.

      “Kak, ini cokelat panas buat Kakak,” ujarnya dan menyuguhkan cangkir kepadaku.

      “Makasih yah Dek,” ujarku ringan, ia lalu duduk di sebelahku.

      “Makasih juga yah kak, buat semuanya,” ujar Cauthelia.

      “Makasih buat apaan?” tanyaku sedikit heran.

      “Karena Dede tahu kakak orang baik,” ujarnya dan tersenyum kepadaku, “terus kalo kakak baik kenapa kakak belom punya pacar?” tanyanya, pertanyaan strike to the head, tetapi aku tersenyum.

      “Kakak gak mau punya pacar Dek,” ujarku dan tersenyum, gadis itu memandangku dengan heran, aku memandangnya dan berusaha berbicara dengan matanya yang cokelat, “yang kakak cari itu buat Istri, bukan pacar,” ujarku dan malah dibalas dengan ekspresi wajah yang merah olehnya.

      “Udah dapet?” tanya dia dengan bersemangat.

      Aku menggeleng pasti, “tadinya kakak punya calon, tapi kayaknya gak mungkin, udah lah gak perlu dibahas,” ujarku berusaha menutupi.

      “Dede juga sama kak, gak mau nyari pacar,” ujarnya lalu menunduk, “Dede juga mau cari orang yang bisa bimbing Dede,” ujarnya lalu memandangku dengan wajah yang memerah.

      Deg, kenapa jantungku benar-benar berdetak sangat kencang saat gadis itu memandangku dengan wajah polosnya yang merah. Ia tersenyum kepadaku, dan aku balas tersenyum kepadanya, aku pun mengalihkan pandangan ke jendela dan hujan sangat deras masih turun di luar. Aku harus mengantarkannya sebelum kondisi makin tidak memungkinkan untukku mengantarkannya pulang. Saat aku ingin mengambil kunci mobil, ada pesan singkat masuk ke ponselku.
      Aerish? Apa yang membuat dia mengirimkan SMS kepadaku sore ini. Aku memandang tidak percaya layar ponselku, sementara Cauthelia memandangku dengan sedikit heran. Wajahnya sedikit berubah, tetapi ia tetap berusaha untuk tersenyum kepadaku.

      “Kenapa gak dibales Ka?” tanya Cauthelia.

      Aku menggeleng pasti, “kakak udah gak mampu bales,” ujarku lalu meletakkan ponselku lagi.

      “Bukan karena kakak masih ada rasa sama dia, cuma buat kakak it’s not fair,” ujarku sambil memandang gadis itu.

      “Tapi kata Kak Nadine?” tanya gadis itu sedikit heran.

      “Udah terganti sama cewek kelas X-1 yang punya rambut panjang bergelombang, yang matanya cokelat, terus pipinya chubby gitu,” ujarku tanpa sadar lalu tertawa kecil.

      “Eh, aku dong Kak,” ujarnya dengan wajah yang merah, saat itu aku tersadar.

      “Loh loh, maksud kakak itu,” ujarku tergagap, apa yang kukatakan tadi membuatku sangat malu.

      “Kakak tahu gak, apa yang bikin Dede begitu respect sama kakak?” tanyanya tiba-tiba, aku menggeleng perlahan tapi pasti, “kakak pasti masih inget kejadian pas orientasi,” ujarnya lalu aku memandang wajahnya dan mencoba mengingat sesuatu.

      “Yang mana yah?” tanyaku dan menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.

      “Coba inget-inget, pas waktu itu ada adik kelas yang pingsan gara-gara kecapean disuruh lari pas ujan-ujan karena ga bawa papan nama?” tanyanya lagi.



      “Jadi kejadian itu yah Dek,” ujarku lalu memandangnya, ia mengangguk dan tersenyum dengan wajah yang merah.

      “Dede sebenernya udah tahu kalo kakak perhatiin Dede dari jauh, dan sebenernya Dede juga masih sedikit sadar dan ngeliat kakak berusaha bangunin Dede,” ujarnya dan kali ini aku yang tertegun.

      “Kenapa Dede ga langsung bangun?” tanyaku.

      “Karena Dede belom sarapan waktu itu kak,” ujarnya, ia lalu mendekatkan diri ke arahku dan memandang wajahku, “dan untuk kedua kalinya kakak nyelametin Dede dari ujan,” ujarnya dengan wajah yang sangat merah.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) online, Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 5 (Mengapa Dia Lagi) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by