Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 28)





      “Kakak,” panggil suara manja itu mengagetkan lamunanku lagi.

      “Eh iya sayang,” ujarku lalu melihat Cauthelia yang saat itu sudah berada di depanku.

      “Jangan bengong mulu ah,” ujarnya dengan memicingkan matanya, “kayak orang banyak pikiran aja,” ujarnya, entah meledekku atau memang ia sedang berusaha menghiburku.

      “Maem yuk, Dede laper nih,” ujarnya.

      Sejurus aku menghampirinya, “iya, maem dimana?” tanyaku kepada Cauthelia.

      “Tama sama Elya maem berdua aja, Nadine cari maem sendiri,” ujarnya pelan tapi pasti.

      “Loh kenapa Kak?” tanya Cauthelia heran.

      “Nikmatin aja waktu kalian berdua,” ujar Nadine dan tersenyum, “aku tahu kalian lagi gak bisa dipisahin sekarang,” sambungnya lagi lalu ia menggenggam ringan tangan Cauthelia.

      “Tapi Nad, nanti kalo kamu nyasar gimana?” tanyaku.

      “Telepon aku aja,” ujarnya lalu tersenyum, “bye yah,” ia lalu melambaikan tangan dan pergi meninggalkan kami.

      Cauthelia lalu menggenggam tanganku, ia memandangku diantara perasaan sedih dan senang. Aku pun mematung di tengah pusat perbelanjaan yang tidak terlalu ramai pada malam itu. Entah kemana aku harus mengajak gadis ini makan malam, perasaanku yang gundah saat ini membuatku jadi lebih memikirkannya ketimbang makan malam.

      Aku mengajaknya ke sebuah restoran yang menurutku cukup tepat untuk kami. Makanan yang disuguhkan juga beragam, sehingga banyak alternatif. Kami duduk bersebelahan, tangan Cauthelia tak pernah lepas menggenggamku, sesekali ia meremas jemariku sembari menghela napas cukup panjang.

      Setelah memesan makanan yang kami inginkan, Cauthelia menyandarkan kepalanya di bahuku. Gadis ini sedang gundah juga, pikirku dalam hati, ia tidak bisa menyembunyikan ekspresinya yang saat ini pasti juga merasakan hal yang sama denganku. Aku membelai rambutnya dengan lembut, sejurus ia berusaha memandang ke arahku.

      “Kak,” panggilnya lirih.

      “Kenapa Dek,” ujarku masih membelai rambutnya.

      “Semakin deket ke hari keberangkatan, Dede semakin butuh sama Kakak,” ujarnya pelan.

      “Kakak lebih dari butuh,” ujarku pelan, “entah kenapa cuma nama Dede yang terus ada di pikiran Kakak,” ujarku, dan kusadari bahwa apa yang akan terjadi akan hal yang nyata, ia akan pergi dari hidupku.

      “Blackhole ato Wormhole?” tanya gadis itu kepadaku, “Blackhole, soalnya Kakak gak tahu ujungnya surga ato neraka,” ujarku.

      “Bedanya apa sama Wormhole?” tanya gadis itu dan ia makin menyandarkan kepalanya di pundakku.

      “Wormhole bisa kita definisikan,” ujarku singkat, “kalo Blackhole belom, dan Kakak gak mau terjebak di Blackhole,” ujarku memberi pengertian kepadanya.

      “Prinsip Kakak kuat yah,” ujar gadis itu, “meskipun Kakak udah di depan Event Horizon, tapi Kakak masih bisa pull out,” ujarnya lalu tertawa kecil.

      “Karena kecepatan Kakak itu c plus satu.”

      Sejurus lalu ia mencubit pipiku, “lain kali c minus satu, biar Kakak masuk ke Blackhole,” ujarnya lalu memandangku dan menjulurkan lidahnya.

      “Wormhole, kalo udah Wormhole dimanapun Dede mau, Kakak pasti masuk,” ujarku lalu tersenyum.

      “Janji?” tanyanya sambil menjulurkan tangan kanannya, awalnya aku agak bingung, dan pada akhirnya aku menjabat tangannya.

      “Kakak janji.”

      Pembicaraan yang aneh, memang tidak ada yang paham, tetapi kalau berkaca dari filosofi dan prinsipku, maka menghindari Blackhole adalah suatu keharusan untukku. Meskipun beberapa peristiwa akhir-akhir ini hampir menjerumuskanku ke dalamnya tetapi aku masih bisa berada di Event Horizon, ya c plus satu.

      Akhirnya makanan yang kami tunggu tiba, terlihat gadis itu sangat menantikan apa yang telah ia pesan tadi. Tidak butuh waktu lama, kami menghabiskan makanan kami. Saat aku berada di sebelah Cauthelia, seakan aku melupakan Nadine, tetapi saat aku ada di sebelah Nadine, nama Cauthelia selalu ada di pikiranku.

      “Dek,” panggilku.

      “Huuum,” gumamnya sambil memandangku.

      “Kakak boleh jujur sesuatu enggak masalah Nadine,” ujarku pelan, gadis itu lalu memperhatikanku dengan seksama.

      “Apaan tuh?” tanya Cauthelia, ia nampak penasaran dengan apa yang ingin kuutarakan.

      “Maafin Kakak udah gak setia sama Dede,” ujarku dengan detak jantung yang amat sangat cepat saat itu.

      “Sama Kak Nadine sih Dede ikhlas,” ujarnya pelan, ia lalu tersenyum kepadaku.

      “Maksud Dede?” tanyaku heran.

      “Mau Kakak ngapain aja sama Kak Nadine, Dede ikhlas, asal jangan sama yang lain,” ujarnya pelan, tetapi nadanya tegas.

      “Tapi Dek, semalem Kakak sama Nadine,” ujarku pelan.

      Ia lalu menutup bibirku dengan telunjuknya, “Dede udah tahu kok,” ujarnya lalu tersenyum.

      “Kak Nadine udah cerita tadi,” ujarnya.

      “Jadi, Dede udah tahu?” tanyaku pelan.

      Ia hanya menggangguk pasti, “Dede gak masalah sama sekali kok Kak,” ujarnya lalu menggenggam tanganku dengan hangat.

      “Ada alasan?” tanyaku kepadanya.

      Ia lalu memandangku dengan hangat, “masih ada hubungannya sama peristiwa waktu itu, MOS hari pertama,” ujarnya pelan.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 46 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by