Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 4 (Tentang Rasa Itu)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

TENTANG RASA ITU (BAGIAN 4)


     Gadis itu duduk di kursi depan, wajahnya tampak sedikit ketakutan, tanpa banyak berpikir aku menghampirinya. Ia melihatku, sedikit berusaha tersenyum, lalu ia menghela nafas, nampak sesuatu yang tidak beres terjadi kepadanya. Aku pun duduk di sebelahnya dan mencoba menyapanya.

      “Kenape loe?” tanyaku seakan tahu ada yang tidak beres.

      “Itu ka, tadi ada Dino kesini,” ujarnya lesu.

      “Lah terus kenape?” tanyaku keheranan.

      “Dia cuma bilang jangan ganjen sama Kak Tama,” ujarnya, dan aku pun menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal karena bingung dengan pernyataan gadis ini.

      “Lah loh, kok bisa gue?” tanyaku sambil melongok ke wajahnya yang tertutupi poni panjang tersebut.

      “Katanya aku bisa kena masalah kalo deket sama Kak Tama,” ujarnya sambil menunduk.

      “Siapa dia emangnya?” tanyaku sedikit kesal, mengapa jadi rumit begini masalahnya, padahal sebenarnya aku tidak ada hubungannya.

      “Dia tadinya mau jemput aku, cuma Kak Tama udah jemput aku duluan,” ujar gadis itu lalu mencoba tersenyum kepadaku, “dia juga ga suka aku pake sweater punya kakak,” ujarnya lagi.

      “Emangnya udah berapa lama sih loe jadian sama dia?” tanyaku keheranan.

      Gadis itu mengisyaratkan 3 jari, “3 bulan ka,” ujarnya dengan senyum agak terpaksa.

      “What the?” ujarku terbelalak, “baru jadian 3 bulan aja udah macem apaan tahu, jadi suami juga kagak gitu-gitu aman kali,” ujarku sedikit kesal.

      “Menurut dia begitu ka, dia selalu bilang, gimana aku mau jadi istri yang baik buat dia, pas pacaran aja engga mau nurut, apalagi jadi istri,” ujarnya tertunduk.

      “Loe salah,” ujarku lalu menepuk pelan pundaknya, “seorang suami yang baik sebelum menuntut apapun dari istrinya, dia harus mencintai dan menyayangi istrinya dan memenuhi kebahagiaan istrinya,” ujarku dan tersenyum.

      “Naru boleh menuntut, itu pun gak boleh berlebihan,” ujarku dengan sedikit mengusap pundak gadis itu.

      “Kak Tama,” ujarnya dengan memandangku, wajahnya sangat merah saat itu.

      “Kenapa, loe sakit?” tanyaku lalu mengalihkan tanganku yang tadi ada di pundaknya ke keningnya.

      “Berarti selama ini Dino bohong soal kakak,” ujarnya dan memandangku lebih dalam.

      “Maksudnya?”

      “Ternyata ka Tama jauh lebih baik,” ujarnya dengan senyuman yang tidak dipaksakan.

      Aku tersenyum baik, “berbuat baik kepada semua orang, sehingga loe bisa dapet kebaikan,” ujarku dan mengalihkan tanganku, “well gue balik kelas dulu ya,” ujarku lalu beranjak dari kursi.

      “Kak, boleh minta sesuatu gak?” tanya gadis itu

      “Apaan tuh?” sahutku yang sudah berdiri di samping mejanya.

      “Boleh enggak aku dipanggil Adek ato Dede sama Kakak?” tanyanya dengan wajah yang merah.

      Aku terdiam sejenak mendengar kata-kata gadis itu, seakan aku lupa bahwa aku mencintai Aerish saat ini. Idealismeku langsung hilang ketika gadis itu memintaku memanggil panggilan yang terkesan spesial. Aku menatapnya cukup lama pipiku terasa panas, mungkin saja pipiku memerah, untunglah kulitku sedikit gelap jadi mungkin Elya tidak menyadarinya. Belum genap sehari aku mengenal gadis ini, tetapi progress-nya sudah sejauh ini.

      “Mana yang paling enak menurut loe,” ujarku lalu sedikit terhentak, “maksud aku mana yang paling nyaman aja buat kamu,” ujarku.

      “Kakak Dede?” tanyanya dengan wajah yang sangat merah.

      “Sama kayak panggilan kamu ke Dino?” tanyaku balik.

      Ia menggeleng pasti, “aku cuma panggil dia kamu, dan kadang kalo lagi marah dia panggil aku pake loe,” ujarnya.

      “Iya Dek,” ujarku dan tersenyum, “kakak mau balik kelas dulu ya,” ujarku dan tersenyum.

      Aku beranjak dari kelasnya perlahan, ia melambaikan tangannya kepadaku dengan senyuman pula. Agak canggung menggunakan panggilan seperti itu, karena ini adalah kali pertama aku dekat dengan perempuan setelah Aerish. Dan seketika pula bayangan aku tentang Aerish hilang, ya seakan diisi oleh hadirnya gadis bernama Cauthelia Nandya.

      Di kelasku rupanya sudah banyak siswa berdatangan, dan ya, gosip tentang sweater yang digunakan Elya sudah menyebar luas di sekolahan. Entah siapa yang mulai dan yang mereka tahu, Elya adalah kekasih Dino, lelaki yang terkenal sejak kelas XI suka berganti-ganti pasangan. Aku duduk di sebelah Nadine, tempatku duduk seperti biasa sejak kelas X, dia adalah temanku atau sahabatku atau apalah aku pun kurang mengerti dengan hubunganku dengan gadis ini.

      Nadine Helvelina adalah temanku sejak SMP, meskipun aku baru mengenalnya saat kelas X dulu. Tentang perasaanku kepada gadis ini, jawabannya membingungkan. Awalnya aku sangat dekat dengan gadis ini, kemana-mana selalu bersama hingga pada suatu saat aku menyatakan bahwa aku sangat nyaman bersamanya, dan saat itu aku semakin dekat dengannya.

      Sedikit pertikaian terjadi pada saat itu aku bercerita tentang gadis yang aku suka, yaitu Aerish. Semenjak saat ini Nadine pun berubah dari gadis yang menyenangkan menjadi gadis yang sangat antipati terhadapku dengan alasan yang tidak pernah kuketahui hingga saat ini. Banyak yang mengatakan sebenarnya sejak awal Nadine menyukaiku, tetapi menurutku itu hanya perkataan dari teman-teman terdekatnya agar aku berdamai dengan Nadine.

      Pelajaran dimulai, gadis itu hanya terdiam saja di sebelah kiriku, biasanya dalam jam pelajaran dia selalu menuliskan sesuatu dalam bentuk kertas untuk memulai obrolan denganku. Ya itulah kami, terkadang akur, terkadang berselisih, tapi yang jelas hari ini aku tidak mengerti mengapa ia begitu aneh saat mengetahui aku mendekati Elya.

      Jam pelajaran selesai, dan masuk ke jam istirahat, aku masih terdiam di kursiku, begitu juga dengan Nadine. Kukeluarkan ponsel dari sakuku, dan tidak ada SMS ataupun email yang masuk di sana. Saat kuletakkan lagi ponsel tersebut di saku, seseorang dengan sweater cokelat melambaikan tangan kearahku dari bibir pintu kelas, dia Elya.

      Aku memandang Nadine yang tampak sangat jutek hari ini, entah apa yang ada dalam pikirannya. Aku dengan ringan berkata bahwa aku ingin keluar sejenak, ia tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya memandangku dengan agak sinis, dan sudahlah aku tidak ingin memikirkan hal ini lagi.

      “Itu tadi Kak Nadine ketua OSIS ya?” tanya Cauthelia agak bersemangat, aku mengangguk pasti.

      “Iya dia temen sekelas Kakak dari kelas X,” ujarku lalu memimpin jalan menuju kantin.

      “Huuuum, Dede pernah sih ngobrol sama ka Nadine, tapi kok barusan beda yah ka?” tanyanya dengan nada yang sangat lembut, dan saat itu jantungku makin berdetak kencang.

      “Kakak gak tahu Dek, mungkin lagi gak enak hati,” ujarku ringan.

      “Oh iya Dede biasa makan apa nih?” tanyaku ringan.

      “Dede ikut kakak ajah,” ujarnya dengan intonasi yang sedikit mengganggu telinga.

      Dan ini adalah makan siang pertamaku dengan Cauthelia, gadis yang sangat diidolakan di sekolah. Banyak mata memandang ke arahku, tidak sedikit yang memandang sinis pula ke arahku, tetapi seperti kataku sebelumnya, sudahlah. Kami makan di tempat biasa gadis itu makan siang, dan kali ini aku yang traktir tentu saja.

      Tentang perasaanku hari ini, sangat variatif, Aerish dengan segala idealismeku mengenai gadis itu yang sudah mulai memudar, lalu Nadine dengan sikap ketus dan jutek-nya hari ini, serta Cauthelia, adik kelas idola sekolah yang tiba-tiba datang dalam hidupku dengan membawa secercah harapan yang semoga saja bukan harapan semu.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) online, Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 4 (Tentang Rasa Itu) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by