Baca cerita
Kembalilah
Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita
Kembalilah
bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.
Aku terdiam saat kulepaskan dekapanku kepada gadis itu, ia terdiam melihatku dan berusaha menyeka air mataku yang sudah jatuh membasahi pipiku. Ia tersenyum dalam tatapan sedihnya, dengan lembut ia mengecup keningku, rasanya sangat hangat, ia lalu menyandarkan kepalanya di dadaku, ia mendekapku lagi.
“Sampe kapanpun, Dede adalah milik kakak, jadiin wanita terindah dalam hidup kakak,” ujarnya dengan senyuman khasnya, tetapi wajahnya terlihat sangat sedih.
“Dede jangan bilang begitu sayang,” ujarku yang sebenarnya menenangkan diriku sendiri, “kakak gak mau Dede pergi dari kakak, tapi kakak bingung harus ngomong apa,” ujarku lesu.
Saat aku sedang tenggelam dalam perasaanku kepada Cauthelia, seseorang mengetuk kaca jendela mobilku, ia adalah Dino, wajahnya sangat geram saat itu. Cauthelia mendadak melepaskan dekapannya kepadaku, sedikit panik ia memandang ke arah kaca jendela, aku pun menenangkannya.
Saint-Gobain Sekurit DOT27 double glass ini cukup tebal untuk menahan ketukan Dino dengan menggunakan kunci pas ukuran 22. Aku mengerti keinginan Dino untuk mengambil Cauthelia yang saat ini ada di pelukanku, terbesit sedikit keinginanku untuk melompat ke kursi pengemudi dan meninggalkan semua kegilaan hari ini. Tidak habis pikirku mengenai Aerish yang baru saja menerima cintaku, ya cinta yang kunyatakan beberapa bulan yang lalu.
“Hei Tama, sadarlah!” ujarku dalam hati, bukankah Aerish adalah gadis yang selama ini selalu kau puja, dan Aerish adalah gadis terindah yang selama ini selalu kau jaga di hatimu? Pikiranku kembali berkecamuk atas semua rasa yang kini aku rasakan, rasa cinta yang sudah terbagi kepada tiga gadis tersebut.
Kulepas dekapan Cauthelia, kuteringat akan jawaban Aerish, gadis yang selama ini kujaga hatinya, dialah kekasihku kini. Cintaku berat sebelah, ya jujur saja, berat kepada Cauthelia, hingga hatiku menyadari apabila hatiku dinotasikan dengan bilangan matematika, maka satu-per-dua hatiku adalah untuk Cauthelia. Tiga-per-sepuluh hatiku untuk Nadine, dan satu-per-lima untuk Aerish.
Sayangnya, hatiku bukanlah hal yang bisa dinotasikan dengan bilangan matematis yang bersifat eksak, hatiku bukanlah satuan fisika 746 watt, tetapi hati adalah sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar bilangan matematis yang bisa diukur dengan menggunakan konstanta. Ya, rasa yang lebih tinggi dari sekedar bilangan, konstanta, dan juga hukum yang dinilai dalam notasi logika.
Kutersadar dalam lamunanku, situasi kini sudah semakin rumit disaat apa yang tidak kuharapkan sudah benar-benar terjadi. Saat Aerish tidak lagi kuharapkan, ia lalu datang kepadaku, mengapa ia tidak hilang saja? Mengapa harus ada lagi? Dan mengapa hanya sembilan hari? Sudahlah, pikirku, nampaknya aku memang harus merelakan ini semua sesuai dengan apa yang terjadi.
“Dek, malem ini masih mau nginep enggak?” tanyaku pelan, ia memandangku dengan wajah yang amat sedih.
Ia mengangguk pelan sejurus kemudian, “masih Kak,” ujarnya pelan.
“Atau mau pergi kemana dulu sayang?” tanyaku kepadanya.
Ia menggeleng perlahan, “Dede mau langsung ke rumah kakak aja,” ujarnya pelan, ia lalu beranjak dari kursinya dan menuju kursi pengemudi di kanan depan.
Tanpa mempedulikan Dino, ia melajukan E38 tersebut untuk masuk ke dalam garasi rumahku. Sejurus kemudian, Cauthelia turun dari mobil dan bergegas menuju ke kamarku. Aku tidak mengikutinya, tetapi aku tahu benar bahwa ia mengunci pintu kamarku. Aku pun keluar untuk menemui Aerish, Nadine, dan Dino yang masih berada di luar rumahku.
“Kemana Lia?” tanya Dino sejurus ia mendorongku hingga hampir terjatuh.
“Loe gimana sih Din, udah gue bilang juga sama Aerish, perasaan Lia ke Tama itu udah lebih erat daripada hanya seorang pacar,” ujar Nadine membelaku.
“Loe itu kenapa sih Nad?” tanya Dino keheranan.
“Gak ada yang salah sama gue,” gadis itu dengan tenang, “cuma itu yang Nadine liat kalo Tama ada di sebelahnya Lia,” ujar Nadine lalu memandang ke arahku.
“Gimana loe bisa tahu Nad?” tanya Dino seakan ia tidak ingin kalah dariku.
“Karena loe gak tahu, karena gue lebih tahu dari loe,” ujar Nadine kepada Dino, laki-laki itu hanya memandang gadis itu dengan heran.
“Emangnya loe tahu darimana Nad?” tanya Dino.
Gadis itu lalu tersenyum, “gue sama Lia sama-sama cewek, terus gue tahu gimana cewek yang ngerasa nyaman sama cowok,” ujar Nadine, “dan Lia enggak nyaman sama loe,” ujar Nadine lagi dengan senyumannya yang khas.
Aku hanya berpandangan dengan Aerish, sejurus kemudian ia menghampiriku dengan perlahan, ia tersenyum kepadaku dengan sangat manis. Lalu ia mendekapku di depan Dino dan Nadine, apa yang kau lakukan Rish? Tanyaku dalam hati, mengapa ia tiba-tiba menjadi seperti ini? Tanyaku lagi di dalam hati.
Kurasakan ada cinta di setiap denyut jantungnya yang terasa hingga ke kulitku, mengapa baru sekarang? Mengapa saat semuanya menjadi rumit kau malah ada untukku? Pikiranku tidak berhenti berkecamuk atas semua yang telah terjadi kepadaku saat ini. Dekapan ini adalah yang kesekiankalinya untukku, tetapi ini adalah yang pertama kepada Aerish. Meskipun saat ini aku sudah tidak terlalu memikirkan gadis ini presensinya masih sangat terasa.
Tidak lama berselang, Aerish melepaskan dekapannya kepadaku, ia memandangku dengan sangat hangat, entah apa yang ia pikirkan saat ini, tetapi yang aku rasakan adalah, aku tidak bisa memikirkan apapun, dalam benakku hanyalah aku ingin segera menyelesaikan ini semua dan mengembalikan seperti sedia kala.
“Rish, Nad, Din, kalian pada mau masuk rumah gak?” tanyaku kepada mereka.
“Gue mau pulang aja,” ujar Dino yang tiba-tiba pergi dari sana tanpa berkata apapun lagi, setelah ia menyalakan mesin Civic-nya ia pun pergi.
“Kalian mau?” tanyaku lagi, kedua gadis itu tidak menjawab apapun, tetapi mereka mengangguk setuju.
Baiklah, sekarang ada tiga orang gadis di rumahku, dan sebentar lagi malam akan datang, ujarku dalam hati. Entah berapa lama kuhabiskan waktu untuk berpikir di luar tadi sebelum aku masuk ke rumah. Saat aku masuk ke rumah, tercium wangi makanan sedang di masak di dapur, Elya, pikirku di dalam hati.
Sejalan kemudian, aku menuju dapur, dan benar Cauthelia sudah berada di sana. Ia tampak sedang memasak makanan untukku, tunggu, tidak hanya untukku karena ada beberapa piring yang telah ia siapkan, ternyata ia memasakn untuk kami berempat.
“Dede masak apaan?” tanyaku saat aku berdiri di sampingnya.
Ia menoleh dan tersenyum sangat manis kepadaku, “mie goreng spesial Kak,” ujarnya.
Aku memperhatikannya saat ia sedang memasak di dapur, begitu cekatan, begitu lihai, benar-benar sosok gadis yang sangat kuidamkan untuk menjadi istriku kelak. Tidak butuh waktu lama, masakanpun matang. Ia mempersiapkan semuanya dan membawanya ke meja makan. Benar juga ini sudah hampir jam 1800, berarti sebentar lagi adalah makan malam, ujarku dalam hati.
Cauthelia memanggil Nadine dan Aerish untuk bergabung bersama kami. Di meja makan berkapasitas 6 orang tersebut, aku duduk di sebelah Aerish yang secara teknis dan teoritis adalah kekasihku, di seberangku ada Cauthelia dan Nadine di sebelahnya. Ketiga gadis itu ada di sekelilingku sekarang, aku hanya terdiam saat itu dan memandang mereka satu per satu.
Tags: baca cerita Kembalilah
Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah
Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah
Chapter 31 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling
Comments (0)