Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 10)


      Lagi-lagi aku berusaha mengingat apa yang terjadi saat itu, Elya, aku sudah melihatmu sejak dahulu, tetapi aku tidak peduli, ucapku sesal dalam hati. Seandainya aku bisa mengulang waktu, pasti akan kugapai kau dari dulu, ujarku sambil kupandangi mata cokelatnya yang indah. Aku tertegun melihatnya berwajah polos tanpa ekspresi, aku benar-benar mencintaimu Elya.

      Kucium bibirnya dengan lembut, aku tidak peduli siapa yang akan memperhatikanku di sini. Sungguh, kurasakan jantungku seakan mengutarakan cinta di tiap denyutannya, dan darahku mengatakan sayang di tiap desirannya. Desahan napasnya yang tertahan seakan memberikanku warna baru dalam hidupku. Elya, kumohon kau jangan pergi dariku, meskipun hanya sesaat.

      Apakah aku harus merasakan ini sekali lagi, setelah aku kehilangan Aerish, kini aku harus kehilangan Cauthelia? Pikirku dalam hati, yang semakin membuatku tidak ingin melepaskannya. Kudekap ia dengan hangat seraya kugenggam tangannya dengan perlahan, aku benar-benar tidak ingin kehilangan orang yang kucintai lagi dan lagi.

      Kulepas pagutan Labia orisku, kupandangi wajah gadis itu yang memerah karena peristiwa tadi, saat ia memandangku ia menciumku dengan sangat hangat. Hal yang berbeda aku rasakan, bukanlah Cauthelia yang berhasrat seperti biasanya, tetapi hanya menyatakan bahwa ia mencintaiku.

      “Kak, cari maem yuk,” ujarnya sesaat sesudah melepaskan ciumannya.

      Aku mengangguk, “mau jalan kaki atau gimana Dek?” tanyaku kepadanya.

      Ia hanya memandangku, “kalo ke arah selatan lagi ada apaan yah Kak?” tanya gadis itu.

      “Jalan kaki ato naek mobil?” tanyaku lagi.

      “Jalan kaki ajah Kak,” ujarnya lalu aku pun berdiri dan mengajaknya berjalan.

      Aku mengajaknya ke mobil terlebih dahulu, aku memintanya untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah. Ada pemandian di pantai sebelah yang tadi kami kunjungi, akhirnya kami berjalan menuju ke sana untuk membeli baju baru lagi dan juga mandi di sana.

      Tidak butuh waktu lama, kami menyelesaikan mandi kami, tentunya di tempat yang berbeda. Cauthelia masih menggunakan pakaian yang longgar dengan celana pendek longgar yang hanya menutupi setengah pahanya. Sontak saja, penampilannya membuat banyak mata laki-laki terbelalak melihatnya.

      Ia merasa risih dipandangi oleh banyak laki-laki di sana, ya mereka seumuran dengan kami. Secepat kilat, ia mendekap lenganku dan menyandarkan kepalanya di pundak kiriku. Kami pun berjalan menuju tempat kami memarkirkan mobil di sana. Setibanya di sana, aku membukakan pintu untuk Cauthelia, baru aku masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya.

      Kulihat ponselku, waduh 45 missed call dari Aerish? Berarti sejak tadi ia meneleponku, bagaimana bisa? Tanyaku dalam hati. Aku terlalu serius memandang ponselku sampai aku lupa kalau mobil ini berjalan sendiri karena posisi transmisi ada di D, ku-rem perlahan mobil tersebut dan kupandang Cauthelia.

      “Aerish tadi nelepon sampe 45 kali Dek,” ujarku tak percaya.

      “Cieeeee, ada yang kangen tuh,” ujarnya meledekku.

      “Bukan sayang, cuma aneh aja,” ujarku lalu meletakkan ponsel di center console dan pindahkan tuas perseneling ke posisi D.

      “Sekarang kita cari maem kan Kak?” tanya Cauthelia dengan nada bersemangat, aku mengangguk.

      Aku menjalankan mobilku menuju ke arah selatan dari Anyer, aku mencari makan pada siang itu. Setelah berjalan beberapa kilometer, berhentilah kami di sebuah saung yang cukup menarik hati kami. Saat kami memarkirkan mobil, banyak mata memandang ke arah kami, ya ini adalah Bavaria, tidak ada seorangpun yang tidak kenal dengan chequered logo milik automaker tersebut.

      Aku turun dari mobil terlebih dahulu, ada beberapa laki-laki yang agak sinis memandangku, dan saat kubukakan pintu untuk Cauthelia, mereka langsung memandang ke arah gadis itu tanpa berkedip. Ya siapa yang akan menolak pesona gadis bertubuh sintal dengan rambut panjang tergerai sepinggang. Seperti biasa, gadis itu tidak acuh kepada keadaan sekitar, tanpa menyadari bahwa ia menggunakan pakaian yang begitu menggoda.

      Dengan tanpa mengacuhkan keadaan sekitar, ia melewati laki-laki itu begitu saja. Terdengar suara-suara sumbang keluar dari mulut mereka, aku berusaha untuk sabar dan tidak terpancing, bisa-bisa Cauthelia ada dalam bahaya, pikirku dalam hati. Kami akhirnya duduk dan memesan beberapa makanan untuk memuaskan perut kami.

      “Did you hear them?” tanyaku dengan Bahasa Inggris.

      “I hear them, and I understand,” ujarnya tersenyum kepadaku.

      “Clearly,” sambungnya dengan ringan.

      “So, why do you just passing them without worry?” tanyaku penasaran.

      “Because I believe, I trust to you,” ujarnya lalu menggenggam tanganku.

      Dengan tidak menghiraukan mereka, kami menikmati makan siang kami. Cauthelia, gadis itu tanpa malu-malu menghabiskan banyak makanan yang kami pesan, aku tersenyum senang melihatnya makan begitu lahap. Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk menghabiskan makan siang, sejurus kemudian, kami pun segera keluar dari tempat makan itu. Saat itu kami dihadang oleh laki-laki yang sejak tadi jelalatan melihat tubuh Cauthelia, aku hanya tersenyum kecut saat salah satu dari mereka menghampiriku.

      Kami tidak ingin membuat masalah di sana, sehingga kami tidak terpancing dengan kata-kata mereka yang cukup membuatku gerah. Kugandeng Cauthelia pelan dan kubuka pintu penumpang depan, sejurus setelah ia duduk di kursi tersebut, aku menuju ke kursi kemudi dan bergegas pergi dari sana.

      “Kak, ada telepon lagi tuh dari Kak Aerish,” ujar Cauthelia sambil menunjuk ke arah ponselku.

      “Angkat aja Dek, loud speaker yah,” ujarku tetap berkonsentrasi dengan mengemudi.

      “Hallo Kak Aerish,” sapa Cauthelia ramah.

      “Lia?” tanya Aerish dengan nada yang sangat tidak percaya, “gimana bisa loe sama Tama?” tanyanya lagi.

      “Aku lagi ke Anyer sama Kak Tama, tapi udah pulang kok,” ujarnya.

      “Oh, gue pikir di rumah Tama,” ujarnya di seberang sana dengan nada yang agak ketus, “loe kemaren kemana Lia?” tanya Aerish.

      “Eh maksud Kak Aerish?” tanya Cauthelia balik.

      “Gue sama Dino kemaren ke rumah loe, di rumah loe cuma ada Kakak loe doang,” ujarnya lalu Cauthelia memandangku, seakan bingung mau menjawab apa.

      “Semalem Elya ke rumahku,” ujarku ringan.

      “Tama?” tanya Aerish sangat terkejut.

      “iya, semalem Elya nginep di rumahku, bukannya Kak Rachel juga bilang begitu ya?” ujarku sok tahu.

      “Iya sih, kemarin kakaknya Lia bilang begitu, aku kira bercanda,” ujar Aerish lesu, “loe gak ngapa-ngapain kan sama Tama?” tanya gadis itu ketus kepada Cauthelia.

      “Enggak kok Kak, semalem aku cuma nonton film, terusannya tidur di kamar Kak Tama, udah bangun bikinin sarapan,” ujar Cauthelia mengakui semuanya.

      “Lagian, kamu ngapain ke rumah Elya sama Dino?” tanyaku kepada Aerish.

      “Eh, itu aku cuma nemenin Dino doang kok Tam,” ujarnya dengan nada yang tidak biasanya.

      “Nanti malem emangnya mau jalan kemana Kak?” tanya Cauthelia kepada Aerish.

      “Bukan urusan loe,” ujar Aerish ketus.

      “Oh iya, bilangin juga sama Dino, jangan urusin kehidupan aku lagi,” ujar Cauthelia tidak kalah ketus kepada Aerish, lalu Aerish menutup teleponnya.

      Aku saling pandang bersama Cauthelia, aku tersenyum kepada gadis itu seakan aku mengatakan semuanya baik-baik saja. Hanya satu yang jadi pertanyaanku saat ini, mengapa Dino dan Aerish ke rumah Cauthelia kemarin? Mengapa mereka begitu inginnya mengetaui hubunganku dengan Elya, pikirku dalam hati.

      Kupandangi wajah polos Elya saat itu, ia hanya memandang jalan raya yang tidak rata tersebut. Wajah bahagianya kini mulai pudar saat mobil kami berangsur-angsur menjauhi Anyer, apakah hari ini aku harus bertemu Aerish, ataukah aku harus bermalam bersama Cauthelia malam ini? Pikiranku berkecamuk, antara perasaan sayang dan cintaku yang lama kepada Aerish, atau ketulusan yang lebih murni oleh Cauthelia.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 28 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by