Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 5)


      Jam pulang sekolah pun tiba, agak malas aku melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah, mungkin pikiranku yang begitu terganggu sehingga bahkan aku malas untuk melakukan apapun. Aku masih duduk di kelas saat semuanya sudah pergi, dan tanpa kuduga Cauthelia menghampiriku dan ia langsung masuk ke kelasku.

      “Kakak kenapa?” tanyanya dengan wajah yang cemas.

      Aku memandangnya dan menggeleng perlahan, “cuma lagi kepikiran Dede aja,” ujarku dan berusaha tersenyum.

      “Kenapa sayang?” panggilnya kepadaku dengan mesra, ia lalu duduk di sebelahku dan mendekatkan tubuhnya kepadaku.

      Aku tetap menggeleng, “cuma bingung, apa yang harus Kakak lakuin tanpa Dede,” ujarku pelan.

      “Kan kemaren Kakak yang nyemangatin Dede,” ujarnya lalu menggenggam tangan kiriku dengan kedua tangannya, “kata Kakak kalau jodoh pasti ketemu lagi, iya kan?” ujarnya dan memandangku dengan tersenyum, meskipun aku tahu bahwa ia sangat bersedih waktu itu.

      “Dede bener, kenapa Kakak yang jadi kepikiran ya?” tanyaku kepadanya, aku memandang mata cokelatnya yang masih menggunakan kacamata full frame.

      “Karena Kakak sayang, tapi Kakak gak sadar,” ujarnya dan tersenyum di balik wajahnya yang memerah.

      “Kalo Dede?” tanyaku balik.

      “Dede sayang, Dede cinta, dan Dede sadar, kalo selama ini Kakak yang Dede cari,” ujarnya pelan, “Kak mendingan pulang yuk, kalo mau ngobrol di rumah Dede aja, Dede gak enak kalo sampe orang mikir yang enggak-enggak,” ujarnya dan menarik tanganku lembut.

      Kami berjalan berdua menuju lahan parkir, sore ini cerah, ujarku dalam hati, tetapi sayangnya cerahnya sore ini tidak secerah hatiku yang saat ini sedang dalam kesedihan. Setelah ia duduk di belakangku, ia mendekapku dengan hangat dari belakang, aku benar-benar merasakan emosinya saat ini. Elya, apakah ini benar-benar perpisahan untuk seumur hidup, atau apa?

      “Kak, boleh maen ke rumah Kakak gak?” pintanya kepadaku, aku sedikit terkejut.

      “Tapi Dek, rumah Kakak lagi gak ada orang,” ujarku membela diri.

      “Sebentar ajah yah,” pintanya lembut, tetapi dengan nada yang sangat menggelitik, aku menghela napas.

      “Okay, mau dianterin jam berapa Dek?” tanyaku kepadanya.

      “Abis maem malem mau enggak?” tanyanya dengan nada yang menggelitik lagi.

      “Iya sayang,” ujarku mengiyakan.

      Sejurus kemudian, kami tiba di rumahku, ya hari ini rumahku sedang sepi, tidak ada orang. Kedua orang tuaku dan adikku sedang pergi keluar kota untuk mengerjakan beberapa pekerjaan. Aku sudah biasa ditinggal sendiri di rumah, tetapi kali ini aku berada bersama seorang gadis, jujur saja rasanya sangat aneh tetapi aku menikmatinya.

      “Kak, beneran enggak ada orang kan?” tanya Cauthelia sambil mendekatiku.

      “Gak ada Dede sayang,” ujarku dan tersenyum.

      “Dede boleh pinjem kamar mandi Kakak yah?” tanyanya dengan sangat menggoda.

      Aku menghela napas panjang, “iya Dek, pake aja,” ujarku lalu menggandengnya dengan hangat menuju ke kamarku di lantai dua.

      Saat memasuki kamarku, yang ia lakukan adalah meniduri ranjangku, sungguh aneh gadis ini, pikirku dalam hati. Seketika aku memutuskan untuk turun kembali dan menyalakan televisi meskipun hanya untuk menonton acara sore ini yang menurutku sedikit membosankan. Kucari beberapa DVD musik yang ada di sana, terbesitku untuk memutar DVD Dream Theater Live at Budokan.

      Ada satu lagu yang sangat kusukai, Hollow Years Live at Budokan. Secara lirikal, lirik lagu ini sama dengan lagu aslinya, yang berbeda adalah Solo Guitar dari John Petrucci. Nada dan harmoni yang tercipta dari lagu tersebut mampu membuatku melayang walaupun hanya sesaat.


Dream Theater Hollow Years (Live at Budokan)


      Lagu itu berdurasi sembilan menit, butuh tiga putaran lagu tersebut sampai Cauthelia menyelesaikan mandinya. Terdengar jelas suara pancuran yang terhenti beberapa menit yang lalu dan dilanjutkan dengan terbukanya pintu kamarku. Gadis itu keluar dengan pakaian yang sungguh menggoda. Elya, mengapa tidak kau biarkan aku untuk santai walau hanya sesaat, pikirku di dalam hati saat ini.

      Ia mengenakan tank top putih yang ketat dengan celana pendek yang benar-benar pendek menurutku. Tidak pernah ia semenggoda ini sebelumnya. Apa yang ada dalam pikiran gadis ini sebenarnya, apa yang ia inginkan. Ingat Elya, umurmu baru hampir 16 tahun, dan apa yang kau lakukan adalah sesuatu yang salah. Aku terhipnotis dengan kesempurnaannya, sekali lagi aku tidak dapat menahan godaannya.

      Ia menarikku menuju ke kamarku sendiri, dan ia menciumku sekali lagi di sana, penuh hasrat dan gairah. Ia menggiring tanganku ke tempat yang ia inginkan, seakan aku sudah tidak memegang kendali atas Dynamic Brake dan Westinghouse Air Brake, semuanya terlewati begitu saja tanpa ada gejolak di hatiku. Ini bukan mimpi, sore ini, di rumahku sendiri, Cauthelia mencoba untuk menjatuhkan ideologiku.

      “Kak,” panggilnya pelan dengan napas yang sudah menderu, ia lalu menanggalkan apa yang dikenakannya, “kunci Dede, untuk Kakak,” pintanya lalu ia menciumku.

      “Sayang, sabar sayang,” ujarku masih berusaha mengerem, entah mengapa Lever ini tidak bergerak sama sekali, seakan rem-nya sudah tidak berfungsi sama sekali.

      “Apa yang Kakak tunggu?” tanyanya dengan nada yang sangat menggelitik, aku menggeleng, “sekarang ato nanti sama ajah kan?” tanyanya lalu dengan bebas menggiring tanganku kemanapun ia mau.

      Dan, aku tak kuasa menahan ini semua, terjadilah apa yang tidak kuinginkan, tetapi ia menginginkan hal itu. Elya, maafkan aku, maafkan aku karena tidak bisa menjagamu hingga kami menikah nanti. Rasanya sama seperti mimpi itu, ada nikmat di dalam sesal, hingga satu jam kemudian kami menyelesaikannya.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 23 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by