Tidak butuh waktu lama, aku pun tiba di rumah dan kuparkirkan mobil itu di dalam garasi. Dan saat aku melihat Instrument Cluster di mobil tersebut, betapa terkejutnya aku dengan tampilan odometer trip hingga 8.4 Km, berarti jarak tempuh ke rumah gadis itu adalah 4.2 Km, kalau berjalan kaki mana mungkin ia tiba dalam kondisi sehat. Sudahlah, aku tidak mau mengingat itu lagi, kuambil plast chamois dari bagasi mobil dan mulai mengeringkan mobil tersebut.
Sepuluh menit berlalu, aku naik ke kamarku di lantai dua, kulihat ponselku sebenarnya tidak ada yang kuharapkan dari sana, hanya saja ada satu pesan masuk, dan itu sepertinya dari Cauthelia. Perkenalan yang cukup aneh menurutku, karena aku tidak biasa berkenalan dengan seorang gadis.
Kubaca pesan itu dengan tidak percaya, sejak kapan ada gadis yang mau berkenalan dengan cowok cuek seperti aku ini. Kuletakkan ponsel itu terlebih dahulu, kupikir nanti saja aku baru balas, tetapi rasa ingin tahu aku membuatku mengambil ponselku dan mencoba membalas pesannya.
Setelah kukirim pesan itu, aku langsung menuju notebook-ku, bukan email darinya yang aku tunggu, tetapi aku sedang melanjutkan permainan yang tadi sempat terhenti. Hujan masih saja turun, aku pun tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan, seperti mimpi. Aku ingat gadis ini, ya aku pernah bertemu dengannya dulu saat orientasi, tetapi aku acuh dengan kondisi itu. Tidak lama kemudian ada email masuk darinya.
Reaksiku sungguh aneh, entah aku ingin tertawa, atau aku merasa kasihan kepadanya, tapi rasa ingin tahu aku yang begitu besar membuatku menekan tombol reply yang ada di GUI Website Google Mail tersebut. Jujur saja, setelah Aerish, ini adalah kali pertama aku berkomunikasi dengan gadis, terlebih aku baru mengenalnya beberapa saat yang lalu.Pengirim : cauthelia_nandya_12@gmail.com
Kepada : cauthelia_nandya_12@gmail.com
Kutekan tombol send dan tersenyum, entah mengapa aku sangat penasaran dengan email balasan darinya. Elya, mengapa harus Elya, itu yang kupertanyakan hingga saat ini. Padahal di sekolah ia tidak mau dipanggil selain Lia, hingga saat ini aku pun tidak mengerti. Dan aku sangat tertarik kepada pernyataannya tentang Dino, dia adalah temanku sejak di SMP dahulu, sangat akrab, tetapi permasalahanku dengannya bermula karena Aerish.
Saat itu masih kelas XI, saat Aerish tiba-tiba pergi dari sekolah dan pindah ke kota lain. Bodohnya aku, sebelum ia pergi dahulu, aku tidak sempat bertanya nomor ponselnya, dan kemana dia akan pindah. Dino yang tahu semuanya, dan ia mencoba menyembunyikan semuanya dariku, karena ternyata saat aku tahu dari temanku yang lain, ia juga menyimpan rasa kepada Aerish.
Aku menghela napas panjang saat aku berusaha mengingat apa yang telah terjadi kepadaku saat itu. Entah siapa yang bisa kupercaya saat itu, hingga aku berusaha untuk melupakan Aerish karena aku yakin ia bukanlah gadis yang aku cari. Dalam kegundahan hatiku saat itu, aku sempat menulis lagu untuknya.
Kembalilah (Tak Terungkap)
Kutinggalkan kertas yang berisikan lirik lagu tersebut, dan aku mulai berusaha melupakan bayangan gadis itu yang akhir-akhir ini selalu ada di dalam pikiranku. Entahlah, meskipun kuakui Cauthelia lebih manis dari Aerish, aku tidak dapat melupakan gadis itu begitu saja. Kata orang-orang, cinta pertama tidak akan pernah bisa dilupakan, dan sepertinya itu yang sedang kualami sekarang, berbagai jenis cara kucoba untuk sekedar membuatku tidak memikirkannya, tetapi tidak pernah berhasil.
Bahkan, setelah Cauthelia datang, menurutku apapun yang terjadi tidak akan pernah mengubah perasaanku kepada gadis itu, aku tetap menunggu kabar darinya hingga saat ini. Bagaimana aku menjelaskan Aerish, aku pun bingung bagaimana aku mendeskripsikan gadis ini. Sudahlah, tidak ada waktu membahas hal itu, mataku kembali tertuju ke lid notebook, dan email balasan dari Cauthelia sudah kudapatkan.
Pengirim : cauthelia_nandya_12@gmail.com
Comments (0)