Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

SEMBILAN HARI TERINDAH (BAGIAN 1)


      Aku berusaha untuk menenangkan Cauthelia, gadis itu benar-benar sudah di luar kendali, dan seperti yang kukatakan, bahwa aku harus pegang kendali, supaya tidak terjadi PLH. Setelah kucium bibirnya untuk yang terakhir kalinya aku berusaha untuk melepaskan diri dari dekapannya, dan cukup berhasil karena tenaganya sudah terkuras.

      “Kak,” panggilnya dengan wajah yang memerah, ia tidur terlentang di ranjangnya karena kelelahan, “jangan tinggalin Dede Kak,” pintanya dengan napas yang masih terengah-engah.

      “Kakak gak akan pernah ninggalin Dede kok,” ujarku sambil mengatur napas, “Kakak akan ada di hati Dede, karena Kakak baru sadar ternyata Kakak juga gak bisa kehilangan Dede,” ujarku dan tersenyum.

      “Kakak,” panggilnya dengan wajah yang sangat merah, ia kali ini mencoba menggodaku lagi, aku menggeleng.

      “Apapun yang Dede lakuin gak akan mengubah ideologi Kakak,” ujarku dan tersenyum, aku menghampirinya dan meraih tangannya lalu membantunya berdiri.

      Ia memandangku dengan wajah yang masih memerah, aku lalu mendekapnya, kukatakan Kakak juga sayang sama Dede, di telinganya. Reaksinya berbeda, tidak ada lagi ciuman, yang ada hanya tangisan yang terdengar, sesekali ia terisak, entah apa yang membuatnya mencintaiku begitu dalam, hingga rela ingin menyerahkan kehormatannya.

      “Kak,” panggilnya, aku pun memandang wajahnya.

      “Kenapa sayang?” sahutku dan wajahnya makin memerah.

      “Dede boleh minta waktu sebentar gak, jadi Kakak keluar kamar?” pintanya.

      Aku mengangguk, “kenapa emangnya?” tanyaku penasaran.

      “Dede mau ganti celana, basah soalnya,” ujarnya sambil menjulurkan lidahnya, setelah aku mengangguk aku keluar dari kamarnya.

      Aku duduk di sofa yang ada di ruang atas, kuucapkan rasa syukur karena bisa keluar dari zona berbahaya. Untunglah Elya masih bisa ditenangkan, ujarku dalam hati, sehingga untuk kedua kalinya aku terhindar dari perbuatan yang tidak kuinginkan. Aku tertunduk dan merenung, aku akan kehilangan Elya, ucapku dalam hati.

      Entah, tetapi perasaanku mengatakan bahwa aku tidak akan dapat berjumpa lagi dengan gadis itu, apa yang sebenarnya terjadi pada hatiku? Tanyaku berulang-ulang. Entah mengapa sepertinya aku tidak akan bisa menghubungi Cauthelia untuk waktu yang lama, atau mungkin seumur hidup.

      Ia lalu keluar dari kamarnya dengan wajah yang berbeda, senyumannya agak dipaksakan karena terlihat jelas kesedihan di dalam matanya. Sejurus kemudian, ia duduk di sebelahku, tetap dengan gaya favoritnya, bersimpuh di atas sofa sehingga dua pertiga pahanya terlihat jelas. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari saku dasternya, itu adalah kacamata full frame yang dibungkus leather case.

      Sungguh luar biasa gadis ini dengan kacamatanya, kali ini aku mulai bereaksi dengan penampilannya yang polos tanpa make up, rambutnya sedikit acak-acakan, pakaiannya yang minim, sudah hentikan, ucapku dalam hati, seketika aku menghela napas panjang. Ia bersandar di pundakku, dan ia pun memutar DVD Player-nya lagi, kali ini film Armageddon yang diputar. Salah satu soundtrack-nya sangatlah populer.


Aerosmith – I don’t Wanna Miss a Thing


      Situasi berubah menjadi syahdu saat lagu itu diputar, tidak terasa gadis itu tertidur di pundakku. Napasnya teratur saat ia sedang terlelap, saat itu tangan kirinya masih menggenggam tangan kananku dengan erat. Ini sudah pukul 2232, sebentar lagi jam 2300, dan aku harus segera pulang karena besok harus masuk sekolah, lalu bagaimana dengan gadis ini? Tanyaku dalam hati.

      Tiga puluh menit aku terdiam di sini sambil menonton televisi sendirian, tidak lama kemudian terdengar suara pintu rumah tersebut dibuka, aku bersyukur ada yang sudah pulang sehingga ada yang bisa menjaga Cauthelia. Tidak lama kemudian, datanglah seorang gadis yang berumur sekitar 20 tahun, ia adalah Rachelia, kakaknya Cauthelia.

      Secara fisik, ia cukup berbeda dengan Cauthelia yang tidak terlalu tinggi, Kak Rachelia adalah gadis yang tinggi tapi badannya tetap berbentuk jam pasir, hanya saja miliknya tidak sebesar Cauthelia. Ia menyapaku dengan agak heran karena melihat adiknya saat itu tengah tertidur di pundakku.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) online, Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 19 (Sembilan Hari Terindah) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by