Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 10 (End)

Lihat semua chapter di

Baca cerita ITBM Chapter 10 (End) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita ITBM bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

Part Terakhir


Entah sudah berapa lama aku tidur, haripun sudah malam, tapi kulihat dia masih terus menangis, aku tidur di pinggir kasur dan dia duduk di kursi di dekat kakiku, masih terus menangis. Aku ingin bangun dan mengusap airmatanya tapi,…

hahh??...aku tak bisa menggerakkan tubuhku, tangan dan kakiku serasa lumpuh, kenapa ini bisa terjadi?, padahal tadi sebelum tidur, tangan dan kakiku masih bisa kugerakkan, dan sekarang aku hanya bisa menggerakkan kepalaku saja.

“sayang,…aku sepertinya sudah lumpuh, tangan dan kakiku tak bisa bergerak lagi”

Dia terkejut mendengarnya, dan tangisannya makin kencang

“sayang,…jangan menangis lagi, aku tak bisa mengusap airmata mu”

Tapi bukannya berhenti menangis, airmatanya semakin deras mengalir membasahi wajah cantiknya.

“sayang,…maafkan aku”

Dia mengangguk

“tuan,…maafkanlah saya juga, saya sudah tidak jujur pada tuan”

Dia mengusap airmatanya,

“sebenarnya sayalah yang membuat tuan jadi begini”

“maksudnya?” tanyaku keheranan mendengar kalimatnya

“sayalah yang membuat tuan jadi sakit begini”

“haaahhhh?” aku seakan tak percaya mendengarnya

“apa kamu meracuniku?” tanyaku

“tidak tuan” ia menggelengkan kepala

“jadi apa yang telah engkau lakukan padaku?”

“saya mengambil nyawa tuan, sedikit demi sedikit”

Aku makin keheranan dengan jawabannya, bagaimana caranya mengambil nyawa sedikit demi sedikit?

“aku tak mengerti apa yang kamu katakan, coba jelaskan”

“tuan,…sebenarnya saya ini bukan manusia”

“haahhhh??? Jadi kamu ini apa?”

“saya adalah hantu kuntilanak”

“HAAAHHHHHHH!!!!!!!!!!!” aku teriak seakan tak percaya

“sayang,…kamu cuma bercanda kan? Mana mungkin kamu itu kuntilanak”

“tidak tuan,..saya tidak bercanda, lihatlah ini”

Tangan kanannya diarahkan padaku dan kulihat kuku jarinya bertambah panjang seperti cakar.

“haahhhhh” aku tersentak kaget dan ketakutan.

“sekarang tuan percaya kan”

“tapi kenapa?.…kenapa engkau melakukan ini padaku? Apa salahku padamu?”

“tidak ada tuan…tuan tidak bersalah, sayalah yang bersalah”

“berarti dari awal, kamu memang sudah mengincarku ya?”

“iya”

“kenapa? Apa aku pernah menyakitimu?”

“tidak tuan”

“jadi kenapa kamu membuat diriku seperti ini? Apa maumu?”

“tidak ada, saya hanya ingin hidup bahagia bersama tuan”

“kenapa harus aku yang jadi korban?, kenapa kamu tidak cari laki-laki lain saja”

“tuaaann, saya hanya mencintai tuan seorang,”

“kalau engkau mencintaiku, kenapa engkau membuat ku menderita begini”

Dia menghela nafas dan menatapku

“tuan,..sejak pertama kali kita bertemu, saya memang ingin membunuh tuan, seandainya tuan memperkosa saya, pasti tuan akan langsung mati, tapi karena kebaikan hati tuan, saya jadi jatuh cinta pada tuan, tapi untuk bisa terus bersama tuan, saya harus mengambil energi tuan untuk mempertahankan wujud manusia saya,”

“jadi yang kamu ambil dariku tiap bulan adalah nyawaku?”

“iya tuan”

“dan sekarang nyawaku sudah hampir habis?”

“iya,…mungkin besok tuan akan meninggal”

Aku menghela nafas, mengetahui kapan diriku akan mati, menghitung jam, menit, dan detik kematian diri sendiri memang sungguh menyakitkan. Sudah jelas aku marah padanya, tapi,….entah kenapa aku tak bisa membencinya, semua kenangan indah bersamanya selalu terbayang di ingatanku, semua kebahagiaan yang telah ia berikan selalu membuatku mencintainya.

Aku lalu menyadari, kalau semua ini diluar kehendaknya, dia memang terpaksa mengambil nyawaku untuk tetap menjadi manusia, mungkin ini sudah takdirku, berjodoh dengan seseorang yang bukan manusia. Airmataku menetes setelah mengetahui kenyataan ini

“tuan,…maafkan saya,..saya bersedia menerima hukuman apapun yang tuan berikan”

“kalau begitu mendekatlah kesini”

Dia menggeser kursinya dan duduk di sebelah tangan kiriku lalu menatapku dengan wajah sedih dan rasa menyesal seperti sudah siap menerima hukuman yang aku berikan.

“aku sudah memaafkanmu,…mana mungkin aku menghukum orang yang sangat kucintai” ku katakan sembari tersenyum padanya

Mendengar kata-kataku, dia langsung menangis tersedu-sedu, kedua tangannya memegang tangan kiriku lalu diciumnya dengan lembut, airmatanya mengalir deras membasahi tangan kiri ku. Aku ingin sekali mengusap airmatanya, tapi tanganku sudah tidak bisa ku gerakkan.

“sayaaang.. meskipun aku tahu dirimu tak sama dengan yang lain, tapi aku tetap mencintaimu,…meskipun aku tahu dirimulah yang mengambil nyawaku, tapi aku tetap mencintaimu”

Mendengar kata cinta dariku, tangisannya makin kencang, sayangku,… aku sungguh tak ingin melihatmu menangis, aku ingin melihatmu tersenyum manis, tapi aku sekarang tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk meredakan tangisanmu sayangku.

Dan seakan dia mendengar kata hatiku, dia berhenti menangis dan tersenyum padaku,

“tuan,…ada satu cara supaya tuan bisa sembuh seperti sedia kala, tapi nanti tuan tidak akan dapat melihat saya lagi.”

“jangan sayangku,..jangan tinggalkan aku, aku ingin selalu bersamamu” aku memohon padanya

Dia beranjak dari kursi kemudian mengambil selembar kertas dan pulpen, lalu menuliskan beberapa kalimat, kertas itu dilipat kemudian diletakkan diatas bantal di sebelahku dimana dia biasa tidur disitu, setelah itu dia kembali lagi duduk di kursi, dia tersenyum lalu kedua tangannya memegang tangan kiriku dan diciumnya dengan lembut, kudengar dia mengucapkan kalimat-kalimat dengan lirih, aku hanya samar-samar mendengarnya, tapi terus kukatakan padanya supaya jangan pergi meninggalkanku.

POV SITI ; berkata lirih


Kurasakan genggaman kedua tangannya memegang tangan kiriku dengan erat, bibirnya yang lembut mencium tangan kiriku, matanya terpejam, tapi kulihat rambutnya yang hitam itu perlahan-lahan mulai memutih dan dirinya ….terlihat seperti memudar lalu perlahan-lahan dia hilang dari pandanganku,…oh tidak,…kemana ia pergi?,….sayang, …jangan tinggalkan aku sendiri.

Aku ingin segera bangun dari tidurku dan mencari kemana perginya istriku, tapi badanku tidak bisa bergerak, dan sesaat kemudian kurasakan badanku mulai menghangat, hangaaat sekali , seperti dia sedang memelukku sekarang, aku terdiam sejenak, ku coba menggerakkan badanku, masih tidak bisa, tapi jari tanganku sudah bisa bergerak, dan terus kucoba menggerakkan badanku, lama kelamaan tangan dan kakiku sudah bisa bergerak, tubuhku sudah bisa bergerak lagi dan kulihat di cermin, rambutku sudah berwana hitam lagi, aku sudah sembuh seperti sedia kala, hanya saja kini aku telah kehilangan seseorang yang ku cintai. Aku teringat surat yang ditulisnya, tergeletak diatas bantal, aku mengambilnya dan membacanya.

Maafkan saya tuan


Sayangku,…, aku akan selalu mencari dirimu, aku akan selalu menunggu kehadiranmu, aku akan selalu setia hanya kepadamu,…perempuan bermata biru.

TAMAT???

Tags: baca cerita ITBM Chapter 10 (End) bahasa Indonesia, cerpen ITBM Chapter 10 (End) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 10 (End) online, Chapter 10 (End) baru ceritaku, ITBM Chapter 10 (End) chapter, high quality story indonesia, ITBM cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by