Global Notification

Mau Menulis Karya Mu Disini Sendiri? Klik Disini

- Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia)

Lihat semua chapter di

Baca cerita Kembalilah Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) bahasa Indonesia terbaru di Storytelling Indo. Cerita Kembalilah bahasa Indonesia selalu update di Storytelling Indo. Jangan lupa membaca update cerita lainnya ya. Daftar koleksi cerita Storytelling Indo ada di menu Daftar Cerita.

BIMBANG DI ANTARA DIA (BAGIAN 2)


      Aku termenung setelah mengetahui niatan dia, tetapi aku rasa tidak mungkin ada wanita yang mau dinikahi begitu saja hanya atas dasar cinta saja. Jujur, aku memang ingin mencari pendamping hidup, ya lagi-lagi berdasarkan ideologiku saat ini, dan aku juga percaya, kita akan menemukan orang yang salah terlebih dahulu sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Memang tidak sepenuhnya seperti itu, tetapi setidaknya hal tersebut merepresentasikan kenyataan yang banyak terjadi.

      Langit masih menangis dengan derasnya, rintik air hujan masih menari di atas genangan air yang menganak sungai ke segala arah. Kami saling membisu saat bersama menikmati sejuknya udara pagi itu, dan saat itu belum ada seorangpun yang datang ke dalam kelasnya Elya. Aku sedikit bingung dengan apa yang terjadi pagi ini seakan semuanya masih ada di dalam mimpi, juga tentang ketiga gadis yang tiba-tiba datang ke dalam hidupku.

      Tunggu dulu, yang tiba-tiba datang adalah Cauthelia, tetapi kedua gadis lainnya adalah gadis yang sudah kukenal sejak lama, terlebih Nadine. Aku mengenalnya sejak aku kelas VIII SMP, itu pun secara tidak sengaja saat kami berteduh bersama-sama di bawah hujan.

      Hujan, ya hujan, banyak kenangan yang terjadi saat hujan, dan hingga saat ini hujan pun membawaku kepada kenangan baru yang mungkin tidak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Lamunanku mulai terbang ke masa kelas VIII, masa dimana aku bertemu dengan gadis berambut pendek bernama Nadine Helvelina.

      Januari 2003, siang ini hujan turun dengan derasnya saat aku baru saja berjalan dari sekolah untuk naik angkutan kota. Kulangkahkan kaki menuju sebuah tempat untuk berteduh, ya, disebuah warung yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya. Di sana ada sebuah bangku kayu panjang tempat biasanya pelanggan duduk untuk menunggu. Aku duduk di bangku tersebut dan mulai memperhatikan keadaan sekitar.


      “Kakak?” panggil suara gadis itu, aku sedikit terkejut dari lamunanku, dan aku baru ingat, ini adalah kelas Cauthelia, “Kakak bengongin apaan sih?” tanyanya sambil memperhatikan wajahku dengan seksama.

      “Cuma inget aja, ujan ini selalu bikin Kakak inget banyak hal,” ujarku, aku lalu berdiri dari kursi tersebut, “Dek, Kakak mau balik ke kelas dulu ya,” ujarku dan tersenyum kepadanya.

      “Dede ikut,” ujarnya pelan dan ia pun berdiri, merapikan dasinya dan juga pakaiannya, aku hanya memandangnya dan melihat ke arah dasinya yang agak melengkung. Ah sudahlah. Ingat kagumi ciptaan Illahi karena cinta dengan Illahi, tetapi hal tersebut dan apa yang pernah ia ucapkan membuatku sedikit terbayang, sudahlah.

      Aku berjalan menuju kelas dimana gadis itu mengikutiku dari belakang dan ia tetap menggunakan sweater coklat yang kupinjamkan. Sesekali aku memandangnya rambutnya yang indah selalu bergoyang seiring dengan gerakan tubuhnya, dan aku ternyata bukan laki-laki yang romantis dengan tidak menggandengnya saat berjalan. Tunggu dulu, kekasihnya saja bukan untuk apa aku menggandengnya, ujarku dalam hati.

      Saat aku tiba di dekat kelas, masalah datang, ternyata Dino dan teman-temannya sudah menungguku di depan kelas, disana juga ada Aerish yang saat itu mengenaliku dari kejauhan. Deg, detak jantungku berdetak kencang. Ibarat perlombaan F1, ini adalah saat dimana race masih tersisa 5 lap, dan ban belakang sudah aus, opsinya ada 2, masuk pit untuk mengganti ban tetapi risikonya adalah tidak menjadi juara, atau melanjutkan race dengan kecepatan rendah agar bisa juara.

Kupandang wajah Cauthelia yang saat itu juga terhenti, ia memandangku cukup lama, saat itu ia menggangguk. Aku tahu itu adalah konsistensi hatinya untuk tidak takut kepada Dino meskipun ia pasti tahu akan ada masalah baru muncul. Untuknya mungkin saat ini, prinsipnya lebih kuat.

      “Dek,” ujarku lalu menarik lembut tangannya sehingga ia ada di sebelahku, “jangan sampe Dede jauh dari Kakak, soalnya Kakak mencium gelagat tidak menyenangkan,” ujarku, ia mengangguk dengan wajah yang terlihat tegang saat itu.

      Ia kembali berjalan di belakangku, ini untuk berjaga-jaga jikalau saja Dino berniat tidak baik dengan gadis itu. Hujan masih turun dengan derasnya, dinginnya pagi itu semakin terasa menusuk saat langkah demi langkah kulalui untuk menuju ke kelasku. Ingin sekali rasanya ingin langsung berbelok ke arah kantin di persimpangan depan, tetapi aku sudah menetapkan hatiku untuk menemui Dino.

      “Faristama Aldrich,” ujarnya agak keras, “hebat,” ujarnya sambil bertepuk tangan, “loe emang dasar sampah ya,” ujarnya sesuka hati.

      “Gak ada urusan sama loe, Aldino Rifat,” ujarku dan sejalan kemudian aku sudah berada di dekatnya.

      “Ngapain loe deketin cewek gue?” tanyanya dengan nada yang sangat menyebalkan, “gak laku loe ya?” ujarnya lalu tertawa.

      “Biarin gue gak laku bro, yang penting gue masih bermartabat,” ujarku lagi dengan tetap mempertahankan Cauthelia di belakangku.

      “Lia itu punya gue, kan loe udah punya Aerish,” ujarnya dengan nada yang tetap menyebalkan.

      “Gue gak pernah memiliki siapapun dalam hidup gue, denger wanita itu adalah Makhluk ciptaan Illahi yang loe harus jaga bukan manfaatin,” ujarku dan saat itu wajahnya merah padam, aku tahu dia sangat marah kepadaku.

      “Kurang ajar loe **en**e*!” bentaknya keras di derasnya air hujan, sehingga tidak terdengar seperti orang membentak.

      “Gue tahu apa yang loe mau lakuin sama Elya,” ujarku dan semuanya terdiam, “gue tahu apa yang loe incer dari dia, sebelum gue buka semuanya, mendingan loe yang pergi deh,” ujarku berlagak santai sambil mengantungkan kedua tanganku di saku celana, padahal detak jantungku sangat cepat saat itu.

      “Bilang aje Tam, kalo loe yang nafsu sama **k** gede nya Lia!” bentak Herman, dan saat itu aku merasa sangat marah jika gadis itu dipermalukan.

      Aku hanya menghela napas, “bukan salah satu dari bagian tubuhnya,” ujarku dan tersenyum, “atau seluruh tubuhnya,” ujarku lagi, “tapi gue mau lindungin dia, dari apapun niat loe ke dia,” ujarku dengan tatapan yang pasti.

      “Muna loe ****n!” bentak Dino lagi, aku mengerti kemana arah pembicaraan ini, yang ia inginkan adalah aku menyerang mereka terlebih dahulu sehingga apabila ada masalah maka aku yang akan disalahkan pertama kali.

      “Terserah loe aja bro, gue gak muna sama sekali, gue cuma mau berbuat baik sama semua orang, that’s all,” ujarku lalu aku menggandeng Cauthelia untuk menuju ke kantin.

Tags: baca cerita Kembalilah Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) bahasa Indonesia, cerpen Kembalilah Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) bahasa cerpen Indonesia, baca Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) online, Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) baru ceritaku, Kembalilah Chapter 10 (Bimbang Diantara Dia) chapter, high quality story indonesia, Kembalilah cerita, cerpen terbaru, storytelling indonesia, , Storytelling

Cerita Lainnya Yang Mungkin Anda Suka

Comments (0)

Sorted by