Part. 1
Kelahiran Sang Buah Hati
"Oeeeek..Oeeeek.. Oeekkk...!!!" Terdengar suara tangisan bayi menggema di ruang persalinan.
"Alhamdulillah anakku telah lahir ke dunia ini" desisku lirih.
Hatiku begitu diselimuti rasa bahagia saat mendengar suara tangisannya. Suara tangisan anakku terdengar seperti melodi yang indah. Aku tersenyum tipis mendengar jeritannya yang begitu kencang.
Setelah berjuang bertaruh nyawa dikarenakan tensiku yang terus melejit tinggi. Akhirnya aku dan bayiku bisa selamat. Tak terasa bulir air mata jatuh dari ujung kelopak mataku. Bukan air mata kesedihan namun air mata bahagia!!
Indra penglihatanku menatap ke langit-langit ruang operasi. Yang terlihat hanyalah lampu dengan cahaya putih yang bersinar terang menyilaukan netraku. Bau amis darah tampak memenuhi ruang operasi dan menyeruak ke indra penciumanku.
"Selamat ya Bu atas kelahiran putri pertamanya. Alhamdulillah bayinya lahir dengan sehat dan selamat tidak kurang satu apapun!" Ucap dokter Anna sambil menggendong bayiku ke arahku yang masih terbaring lemas karena pengaruh obat bius.
Aku menoleh perlahan memandang ke arah putriku. Semuanya tampak samar-samar.
Kutatap indah wajah bayiku lekat-lekat, hatiku begitu diliputi perasaan bahagia. Secercah senyum tampak terlihat dari sudut bibirku, rona bahagia begitu menyelimuti diriku. Ingin tanganku terulur untuk menggendongnya namun apa daya, tubuhku benar-benar tak bertenaga. Aku bahkan terlalu lemas untuk memalingkan wajahku. Tubuhku terasa begitu berat! Aku juga tidak mampu menggerakkan kedua tangan dan kakiku. Tampaknya saat itu kesadaranku belum pulih betul.
Alhamdulillah setelah menunggu hampir 10th akhirnya lahirlah putrri kami tercinta yang kami beri nama Gendis. Disaat hati ini masih berduka karena harus kehilangan sosok malaikat tak bersayap ( ibuku ), Allah yang maha adil menggantikannya dengan kehadiran sesosok malaikat kecil yang wajahnya sangat mirip sekali dengan beliau. Sekarang aku memiliki dua malaikat dalam hidupku, malaikat yang akan selalu menjaga dan menemani hari-hariku. Aku tidak akan pernah merasa kesepian lagi! "Terima kasih Ya Rabb untuk semua karuniaMu."
"Selamat datang putri kecilku, semoga engkau menjadi anak solehah dan selalu lurus jalannya, Aamiin" Doaku tulus dari dalam hati.
Gendis yang baru lahir harus terpisah dari diriku, karena anakku terkena hyper billirubin. Putriku dimasukkan ke ruang perawatan khusus untuk bayi-bayi kuning agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Hari itu semua tampak normal hingga keesokan harinya...
Keesokan paginya, seorang perawat bernama Siska mendatangi ruanganku dan berkata "Ibu Ima, bayi Ibu semalam menangis histeris dari pukul dua puluh tiga lewat sepuluh hingga menjelang subuh. Sudah kami beri susu dan kami gendong namun tangisannya tidak juga berhenti. Ketika bayi yang lain terlelap dalam tidurnya, hanya Gendis yang paling susah untuk tertidur. Gendis selalu menangis dan menjerit histeris! Bahkan perawat yang sedang bertugas sampai bergantian menggendong Gendis berusaha untuk menghentikan tangisannya, namun tak ada satupun yang berhasil!" Keluh perawat yang menangani ruang perawatan bayi.
Deeegg... hatiku berdesir halus.
Seketika aku teringat pesan Ibuku. Beliau pernah berkata, kelak anak pertamaku berjenis kelamin perempuan. Ibuku juga berpesan kalau anakku akan berbeda dengan anak kecil lainnya! Saat itu firasatku langsung mengatakan kalau bayi mungilku peka dengan perubahan energi yang berada di sekitarnya.
"Maaf ya sus kalau Gendis merepotkan kalian" tatapku mengiba.
"Tidak apa-apa Bu! Itu memang sudah kewajiban kami. Hanya saja yang membuat kami terheran, kenapa Gendis selalu menangis tanpa henti? Semenjak saya menjadi perawat, baru kali ini saya menangani bayi yang selalu menangis dan menjerit saat menjelang malam." Papar suster kepadaku.
Perawat yang bernama Mba Siskapun pamit meninggalkan ruanganku. Beliau masih harus mengecek kondisi pasien yang lainnya. Dengan tergesa-gesa aku bergegas menuju ke ruang perawatan bayi di lantai tiga. Tempat dimana puteriku sedang dirawat.
Aku segera memasuki ruang perawatan dan tampaklah ruangan yang sangat luas dan bersih. Kuamati ruangan ini memiliki jendela yang terbuat dari kaca dan sangat besar. Mungkin jendela itu berfungsi untuk para orangtua atau kerabat yang ingin melihat wajah bayi mereka.
Kuperhatikan, anakku saat itu sedang tertidur lelap. Kutatap lekat-lekat wajahnya yang sangat cantik. Ku perhatikan beberapa kali kakiny menendang kesana kemari. "Ternyata anakku sangat aktif! Walau dengan mata terpejam , dirinya tampak tidak bisa diem seperti diriku!" Aku tersenyum melihat kelakuan puteriku.
Aku memasukkan jari kananku ke dalam alat fototerapi. Segera ku genggam dengan erat jari jemarinya yang mungil. Dalam hatiku bertanya "Apa yang kamu rasakan semalam sayang? Kenapa kamu sangat rewel sampai membuat perawat yang menjagamu kebingungan? Siapa yang sudah mengganggu waktu istirahatmu puteriku?" Kala itu berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benakku.
Setelah dirawat selama dua hari, aku diijinkan pulang oleh dokter tetapi tidak dengan Gendis.
Anakku tetap harus dirawat karena kadar billirubinnya tidak ada perubahan yang signifikan. Ketika bayi lain membutuhkan waktu maximal tiga hari untuk menurunkan kadar bilirubin dari tubuh mereka, berbeda halnya dengan Gendis. Dia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menormalkannya!
Setiap hari aku selalu menyempatkan diri berkunjung ke RS untuk mengunjungi puteriku. Aku selalu bertanya ke perawat yang menjaga Gendis tentang perkembangan kadar billirubin dalam tubuhnya. Rasa rindu di dadaku begitu membuncah! Aku tidak sabar ingin segera membawanya pulang. Aku ingin selalu menatap wajahnya ketika ia sedang tertidur pulas. Dan dengan bebas dapat menggendong serta mencium bayiku kapanpun aku mau! Tidak perlu mondar-mandir ke RS dan selalu meminta ijin ke perawat yang bertugas untuk dapat menyentuh jari anakku sendiri!
Naluriku sebagai seorang Ibu sangat tidak tega saat melihatnya harus berada dalam alat fototerapi. Mata Gendis ditutup dengan kain kassa agar sinar ultraviolet yang terpancar dari alat itu nantinya tidak akan merusak penglihatannya.
Seperti biasa, setiap aku mengunjungi Gendis, para perawat selalu melapor kalau Gendis selalu menangis dan menjerit histeris setiap menjelang tengah malam hingga adzan subuh berkumandang. Namun semakin lama, para perawat mulai terbiasa menghadapi tangisan Gendis yang selalu terjadi setiap malam.
Menurut mereka hal itu selalu berlangsung rutin setiap malam hari selama Gendis berada di ruang perawatan RS. Di saat bayi-bayi lain asik tertidur lelap, Gendis malah kebalikannya! Dia akan menangis kencang dan menjerit-jerit histeris. Terima kasih untuk para perawat yang selalu sabar menemani tangisan-tangisan Gendis setiap malam.
Alhamdulillah setelah seminggu di ruang perawatan, Gendis diijinkan pulang ke rumah oleh dokter spesialis anak, dengan catatan Gendis harus rutin konsultasi untuk mengetahui perkembangannya .
Dan disinilah semua berawal! Ternyata sudah banyak yang menunggu kedatangan Gendis di rumah! Mereka akan menyambutnya dengan kejadian-kejadian tidak masuk akal yang harus aku alami. Berbagai macam peristiwa yang akan merubah perjalanan hidup aku dan Gendis... Selamat datang mimpi buruk..!!
Bersambung
"Alhamdulillah anakku telah lahir ke dunia ini" desisku lirih.
Hatiku begitu diselimuti rasa bahagia saat mendengar suara tangisannya. Suara tangisan anakku terdengar seperti melodi yang indah. Aku tersenyum tipis mendengar jeritannya yang begitu kencang.
Setelah berjuang bertaruh nyawa dikarenakan tensiku yang terus melejit tinggi. Akhirnya aku dan bayiku bisa selamat. Tak terasa bulir air mata jatuh dari ujung kelopak mataku. Bukan air mata kesedihan namun air mata bahagia!!
Indra penglihatanku menatap ke langit-langit ruang operasi. Yang terlihat hanyalah lampu dengan cahaya putih yang bersinar terang menyilaukan netraku. Bau amis darah tampak memenuhi ruang operasi dan menyeruak ke indra penciumanku.
"Selamat ya Bu atas kelahiran putri pertamanya. Alhamdulillah bayinya lahir dengan sehat dan selamat tidak kurang satu apapun!" Ucap dokter Anna sambil menggendong bayiku ke arahku yang masih terbaring lemas karena pengaruh obat bius.
Aku menoleh perlahan memandang ke arah putriku. Semuanya tampak samar-samar.
Kutatap indah wajah bayiku lekat-lekat, hatiku begitu diliputi perasaan bahagia. Secercah senyum tampak terlihat dari sudut bibirku, rona bahagia begitu menyelimuti diriku. Ingin tanganku terulur untuk menggendongnya namun apa daya, tubuhku benar-benar tak bertenaga. Aku bahkan terlalu lemas untuk memalingkan wajahku. Tubuhku terasa begitu berat! Aku juga tidak mampu menggerakkan kedua tangan dan kakiku. Tampaknya saat itu kesadaranku belum pulih betul.
Alhamdulillah setelah menunggu hampir 10th akhirnya lahirlah putrri kami tercinta yang kami beri nama Gendis. Disaat hati ini masih berduka karena harus kehilangan sosok malaikat tak bersayap ( ibuku ), Allah yang maha adil menggantikannya dengan kehadiran sesosok malaikat kecil yang wajahnya sangat mirip sekali dengan beliau. Sekarang aku memiliki dua malaikat dalam hidupku, malaikat yang akan selalu menjaga dan menemani hari-hariku. Aku tidak akan pernah merasa kesepian lagi! "Terima kasih Ya Rabb untuk semua karuniaMu."
"Selamat datang putri kecilku, semoga engkau menjadi anak solehah dan selalu lurus jalannya, Aamiin" Doaku tulus dari dalam hati.
Gendis yang baru lahir harus terpisah dari diriku, karena anakku terkena hyper billirubin. Putriku dimasukkan ke ruang perawatan khusus untuk bayi-bayi kuning agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Hari itu semua tampak normal hingga keesokan harinya...
Keesokan paginya, seorang perawat bernama Siska mendatangi ruanganku dan berkata "Ibu Ima, bayi Ibu semalam menangis histeris dari pukul dua puluh tiga lewat sepuluh hingga menjelang subuh. Sudah kami beri susu dan kami gendong namun tangisannya tidak juga berhenti. Ketika bayi yang lain terlelap dalam tidurnya, hanya Gendis yang paling susah untuk tertidur. Gendis selalu menangis dan menjerit histeris! Bahkan perawat yang sedang bertugas sampai bergantian menggendong Gendis berusaha untuk menghentikan tangisannya, namun tak ada satupun yang berhasil!" Keluh perawat yang menangani ruang perawatan bayi.
Deeegg... hatiku berdesir halus.
Seketika aku teringat pesan Ibuku. Beliau pernah berkata, kelak anak pertamaku berjenis kelamin perempuan. Ibuku juga berpesan kalau anakku akan berbeda dengan anak kecil lainnya! Saat itu firasatku langsung mengatakan kalau bayi mungilku peka dengan perubahan energi yang berada di sekitarnya.
"Maaf ya sus kalau Gendis merepotkan kalian" tatapku mengiba.
"Tidak apa-apa Bu! Itu memang sudah kewajiban kami. Hanya saja yang membuat kami terheran, kenapa Gendis selalu menangis tanpa henti? Semenjak saya menjadi perawat, baru kali ini saya menangani bayi yang selalu menangis dan menjerit saat menjelang malam." Papar suster kepadaku.
Perawat yang bernama Mba Siskapun pamit meninggalkan ruanganku. Beliau masih harus mengecek kondisi pasien yang lainnya. Dengan tergesa-gesa aku bergegas menuju ke ruang perawatan bayi di lantai tiga. Tempat dimana puteriku sedang dirawat.
Aku segera memasuki ruang perawatan dan tampaklah ruangan yang sangat luas dan bersih. Kuamati ruangan ini memiliki jendela yang terbuat dari kaca dan sangat besar. Mungkin jendela itu berfungsi untuk para orangtua atau kerabat yang ingin melihat wajah bayi mereka.
Kuperhatikan, anakku saat itu sedang tertidur lelap. Kutatap lekat-lekat wajahnya yang sangat cantik. Ku perhatikan beberapa kali kakiny menendang kesana kemari. "Ternyata anakku sangat aktif! Walau dengan mata terpejam , dirinya tampak tidak bisa diem seperti diriku!" Aku tersenyum melihat kelakuan puteriku.
Aku memasukkan jari kananku ke dalam alat fototerapi. Segera ku genggam dengan erat jari jemarinya yang mungil. Dalam hatiku bertanya "Apa yang kamu rasakan semalam sayang? Kenapa kamu sangat rewel sampai membuat perawat yang menjagamu kebingungan? Siapa yang sudah mengganggu waktu istirahatmu puteriku?" Kala itu berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benakku.
*****
Setelah dirawat selama dua hari, aku diijinkan pulang oleh dokter tetapi tidak dengan Gendis.
Anakku tetap harus dirawat karena kadar billirubinnya tidak ada perubahan yang signifikan. Ketika bayi lain membutuhkan waktu maximal tiga hari untuk menurunkan kadar bilirubin dari tubuh mereka, berbeda halnya dengan Gendis. Dia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menormalkannya!
Setiap hari aku selalu menyempatkan diri berkunjung ke RS untuk mengunjungi puteriku. Aku selalu bertanya ke perawat yang menjaga Gendis tentang perkembangan kadar billirubin dalam tubuhnya. Rasa rindu di dadaku begitu membuncah! Aku tidak sabar ingin segera membawanya pulang. Aku ingin selalu menatap wajahnya ketika ia sedang tertidur pulas. Dan dengan bebas dapat menggendong serta mencium bayiku kapanpun aku mau! Tidak perlu mondar-mandir ke RS dan selalu meminta ijin ke perawat yang bertugas untuk dapat menyentuh jari anakku sendiri!
Naluriku sebagai seorang Ibu sangat tidak tega saat melihatnya harus berada dalam alat fototerapi. Mata Gendis ditutup dengan kain kassa agar sinar ultraviolet yang terpancar dari alat itu nantinya tidak akan merusak penglihatannya.
Seperti biasa, setiap aku mengunjungi Gendis, para perawat selalu melapor kalau Gendis selalu menangis dan menjerit histeris setiap menjelang tengah malam hingga adzan subuh berkumandang. Namun semakin lama, para perawat mulai terbiasa menghadapi tangisan Gendis yang selalu terjadi setiap malam.
Menurut mereka hal itu selalu berlangsung rutin setiap malam hari selama Gendis berada di ruang perawatan RS. Di saat bayi-bayi lain asik tertidur lelap, Gendis malah kebalikannya! Dia akan menangis kencang dan menjerit-jerit histeris. Terima kasih untuk para perawat yang selalu sabar menemani tangisan-tangisan Gendis setiap malam.
Alhamdulillah setelah seminggu di ruang perawatan, Gendis diijinkan pulang ke rumah oleh dokter spesialis anak, dengan catatan Gendis harus rutin konsultasi untuk mengetahui perkembangannya .
Dan disinilah semua berawal! Ternyata sudah banyak yang menunggu kedatangan Gendis di rumah! Mereka akan menyambutnya dengan kejadian-kejadian tidak masuk akal yang harus aku alami. Berbagai macam peristiwa yang akan merubah perjalanan hidup aku dan Gendis... Selamat datang mimpi buruk..!!
Bersambung
Comments (0)